What Do You Mean by ‘Conversion’?

Published by

on

Kalau orang berkutat hanya dengan hukum (moral), ia akan sibuk dengan soal benar-salah. Jika orang terobsesi dengan perintah agama sebagai tolok ukur hidupnya, hatinya akan dikontrol oleh pertanyaan boleh-tidaknya ia berbuat sesuatu. Dalam obrolan yang terkesan rohani, ia bicara soal mana dosa dan mana bukan dosa: apakah makan buah dari altar itu dosa, apakah menginjak kitab suci itu dosa, berdosakah orang terangsang melihat paha pengendara motor, dan seterusnya.

Wacana dosa itu ujung-ujungnya adalah perdebatan mengenai kriteria atas rumusan yang dibuat manusia sendiri. Maka, sebenarnya diskusi mengenai dosa tidaklah relevan, pun tidak cocok dengan penghayatan hidup umat beriman yang bisa dipertanggungjawabkan. Tambah lagi, fokus pada dosa justru tidak kondusif bagi misteri kebangkitan, inti iman kristen. Ini adalah sudut pandang ‘dari luar’ yang membuat pribadi seseorang menjadi heteronom, bergantung pada unsur-unsur luar dirinya, tidak bergerak dari dalam ke luar. Lebih baik omong soal tobat.

alone
https://cafepalermo.files.wordpress.com/2011/12/alone.jpg

Saya bagikan apa yang pernah saya peroleh dari sebuah retret (abb. Rm. Bernhard Kieser SJ) yang bertitik tolak dari teks Injil Lukas. Mengapa Injil Lukas? Karena di sini dibicarakan tobat sekaligus pengampunan, yang tidak ada dalam tulisan Perjanjian Baru lainnya. Ada empat hal yang bisa kita bahas di sini (silakan klik masing-masing pokok untuk detilnya):

  1. Titik tolak tobat: Injil Lukas 5,27-32; 15,11-32
  2. Tujuan tobat: Semua bisa ikutan pesta
  3. Inti tobat: Kebangkitan Kristus terealisasi
  4. Pelaksanaan tobat: pengenangan kebangkitan itu

Dengan pokok-pokok mengenai tobat itulah kita justru bisa memahami apa sebenarnya yang kita sebut dosa, yaitu apa saja yang semangatnya bertentangan dengan semangat pertobatan:
*   ketika orang tidak membangun solidaritas sehingga Allah tidak menjadi Bapa bagi semua orang (kita mendiskriminasi orang karena suku, agama, ras, etnis, fisik, keyakinan). Ini berlawanan dengan tujuan tobat.
*   bentuk-bentuk penyangkalan, penolakan bahwa Allah mau membangkitkan orang; menutup diri, tak mengakui bahwa pertobatan adalah rahmat (orang perfeksionis, seolah tobat adalah semata usahanya sehingga jika tak ada perbaikan lantas menjadi frustrasi). Ini tidak cocok dengan inti tobat.

Apa relevansinya hukum dan aturan atau sepuluh perintah Allah? Relevan sebagai suatu cara untuk membangun solidaritas. Diperlukan suatu tatanan yang berlaku seperti golden rule: apa yang kamu gak mau orang lain lakukan kepada kamu, janganlah kamu lakukan kepada orang lain. Rumusan ini jangan dibalik: apa yang kamu mau orang lain lakukan kepadamu, lakukanlah kepada orang lain… karena ini ujung-ujungnya adalah narsis, prinsip do ut des (aku memberi dengan motif supaya aku menerima).

Normalnya orang tidak ingin harta miliknya dicuri orang, maka sudah sewajarnya ia tidak mencuri harta orang lain. Ini lebih mendukung solidaritas daripada aturan yang dibuat dengan prinsip do ut des: orang senang selingkuh, lalu menyodorkan pasangannya untuk diselingkuhi orang lain. Ini adalah solidaritas semu: bersekongkol dalam kesalahan.

Karena itu, orang berdosa bukan pertama-tama karena melanggar aturan ini itu, melainkan karena ia tidak membangun solidaritas demi terwujudnya azas dan dasar hidup manusia. Dengan kesadaran ini, orang tak perlu jatuh dalam sesat paham bahwa sakramen tobat adalah sarana perbaikan diri! Jelas salah. Orang bisa jatuh terus dalam dosa, tetapi bukan itu yang mau diwartakan oleh sakramen tobat. Sakramen tobat mengundang orang supaya tak berfokus pada dosa, tetapi pada niat, semangat, roh untuk membangun solidaritas, menampakkan kebangkitan, memohon rahmat untuk membebaskan diri dari aneka kelekatan maupun kecanduan yang menghambat orang untuk mengabdi Allah dan mencintai sesama.

16 responses to “What Do You Mean by ‘Conversion’?”

  1. Rediningrum Setyarini Avatar

    mungkin… ketika seorang itu mulai bertanya “dosakah aku bila..” itu sebenarnya roh kudus sedang bekerja melawan roh kuda. :p ketakutan akan dosa jadi alarm yang berbunyi… “lho kalau kamu bertanya begitu mungkin ada niat sebelumnya yang mendorong kamu berbuat sesuatu yang kamu pikir itu dosa..” mengidentifikasi dosa kan ada rumusannya: ada daftar perbuatan kategori dosa yang pernah dikasih frater waktu retret di civita dulu.. correct me if i am wrong…aku udah tobat mo…:'( nyuwun ngapuro.. *belum mau pindah ke lain blog…

    Like

    1. romasety Avatar

      Betul sekali Inge…itu betul sekali… aku pun begitu, dulu tapinya hahaha…. Maksudku, ayolah kita ini sudah semakin tua, mosok ya paham mengenai dosa masih sama dng waktu retret di Civita 25 tahun lalu, hehe. Nanti akan kususulkan catatan mengenai ketakutan akan dosa… amin.

      Like

  2. […] What do you mean by ‘conversion’? […]

    Like

  3. […] orang lain dan perintah untuk mengasihi sesama merupakan sarana bagi umat Allah untuk menjadi solider terhadap Allah sendiri, yang adalah kudus. Umat diharapkan menjadi kudus sebagaimana Allah kudus […]

    Like

  4. […] kafir pun rupanya tidak di luar proyek keselamatan Allah, Dia tetap menginginkan pertobatan mereka. Dia sungguh ingin menjadi Bapa bagi semua, menjadi Allah segala bangsa. Gaya antropomorfis […]

    Like

  5. […] di kantor, bermain game, menghitung-hitung waktu untuk buka puasa, dan lain sebagainya! Pertobatan justru menuntut orang untuk berbuat sesuatu supaya proyek Allah bisa terwujud dalam hidup konkret. […]

    Like

  6. […] Mengenai teks Injil Lukas ini sudah disampaikan komentar mengenai pertobatan dalam posting What do you mean by conversion dan OTW: Oke Tobat Wae. Poinnya: tobat itu soal solider dengan Allah dan bukan sekadar perkara […]

    Like

  7. […] Tuduhan palsu terhadap Susana membebaskannya dari hukuman, tetapi bahkan tuduhan yang beralasan sekalipun membebaskan perempuan berzinah itu dari hukuman, bukan karena dia tidak bersalah, melainkan karena kemurahan hati Allah melampaui ukuran keadilan hukum manusia. Pokoknya, bertobatlah: terserah pergi ke mana, pokoknya pergi dan bertobatlah. […]

    Like

  8. […] orang paham arti pertobatan, yang bukan sekadar kapok melakukan sesuatu (dosa), logisnya, ia tidak memilih golput. Kenapa? […]

    Like

  9. […] bahwa orang sungguh jadi manusia baru, manusia yang bangkit bersama Kristus. Bukankah itu juga makna pertobatan: kebangkitan Kristus memantik hidup […]

    Like

  10. […] Akan tetapi, karena kepercayaan kepada janji Kristus, Ananias masuk dalam lingkaran pertobatan: ia masuk, terlibat dalam proyek keselamatan Kristus itu […]

    Like

  11. […] wong ya undangannya untuk makan-makan (dalam ceritanya sih, kenyataannya ya undangan untuk kerja sama dengan Allah), gak perlu bayar, tapi toh banyak yang memilih hal-hal lain. Akhirnya pesta perkawinan itu penuh […]

    Like

  12. […] terletak pada bagaimana cara orang mati, tetapi pada bagaimana orang bertobat. Mengingat bahwa inti pertobatan adalah kebangkitan Kristus yang mewarnai pengikut-Nya, wajarlah Yesus mengumpamakan mereka  yang […]

    Like

  13. […] Lah, apa bukannya anak pertama itu bertobat juga? Dia kan bilang ‘siyap!’, tapi justru karena bertobat atas perkataannya lalu gak jadi kerja? Haiya… itu bukan pertobatan! Pertobatan bukan asal beda dari yang dikatakan atau tak jadi mengikuti perkataan dong! Tolok ukur pertobatan ialah bahwa kehendak Allah itu dilaksanakan. […]

    Like

  14. […] persaudaraan macam itu mengandaikan orang bertobat, memperluas cakrawala pandang hidupnya, dalam semangat pengampunan. Tanpa itu, yang terjadi adalah […]

    Like

  15. […] seperti disodorkan Yesus: karena keyakinannya begitu solid, merasa tak perlu pertobatan (karena paham mengenai pertobatannya juga masih jadul). Bagi orang-orang tertentu, agama tidak jadi sumber perubahan dan pertobatan, melainkan jadi […]

    Like