Bersyukur Itu Gak Gampang brow

Published by

on

Pada masa hidup Yesus belum ada teknologi in vitro fertilization. Kelahiran anak sungguh-sungguh dirasakan sebagai karunia Tuhan. Meskipun demikian, bahkan juga orang yang menempuh IVF untuk mendapatkan anak pun bisa merasakan kelahiran anak sebagai karunia Tuhan. Hanya saja, ‘pasien’ IVF ini barangkali menutup mata terhadap fakta bahwa kelahiran anaknya didominasi oleh rekayasa manusia. Bisa jadi ia menempatkan anak sebagai objek utak-atik-otak, bukan karunia Tuhan yang muncul sebagai buah cinta antara pria-wanita. 

Loh, bukankah manusia harus berusaha sebisa mungkin, Romo? Bukankah teknologi itu juga hasil kultur manusia yang juga adalah ciptaan Tuhan dan justru menjadi perwujudan kemuliaan Allah? Bukankah itu malah klop dengan gloria Dei homo vivens? Tidak salah dong orang berusaha sekuat tenaga.
Betul, hanya kiranya baik diingat pepatah Jawa: ngono ya ngono ning aja ngono (begitu ya begitu tapi jangan begitu). Manusia kiranya perlu mengetahui dan menghargai batas. Loh, memangnya yang menentukan batas itu siapa, Romo? Gereja? Negara? Uskup? Paus?

Bukan. Mereka hanyalah instansi yang (seharusnya) menyuarakan batas sesungguhnya: prinsip dasar realitas! Prinsip ini tidak bisa dijadikan objek utak-atik-otak belaka, tetapi mesti terbuka pada pengalaman universal manusia. Kisah Stephen R. Covey mengenai perseteruan antara kapten kapal dan penjaga mercusuar memberi pelajaran bahwa soalnya bukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Andaikan saja sejak awal penjaga mercusuar mengatakan bahwa ia penjaga mercusuar dan meminta kapten kapal mengubah arah, kiranya dialognya menjadi berbeda. Ia bisa saja tetap pada arahnya karena kerusakan mesin atau karena memang sengaja ingin menghancurkan mercusuar (atau kapalnya sendiri); tetapi jelaslah kalau ia tidak mengubah arah, akan terjadi tabrakan. Itu prinsipnya. Ia bisa saja mengabaikan prinsip itu…risikonya tanggung sendiri (atau terpaksa orang lain juga ikut menanggungnya)!

Birth_of_St_John_the_BaptistWajar bahwa Zakharia tidak percaya pada warta malaikat karena hukum alam memang tidak mengakomodasi orang yang sudah menopause untuk memiliki anak. Jika Zakharia tahu IVF, mungkin ketidakpercayaannya kepada warta malaikat itu berkurang (karena bisa saja rahim disiapkan untuk menjadi tempat hasil fertilisasi di luar tubuhnya). Akan tetapi, pantas dicatat bahwa pokok ketidakpercayaan Zakharia bukanlah soal apakah istrinya bisa melahirkan di usia tua dan mandul ini (wong Sarah juga dulu ternyata melahirkan anak di usia tua). Zakharia lebih terokupasi dengan persoalan apakah mungkin anak yang dilahirkan istrinya itu memang kelak menjadi instrumen keselamatan Allah yang diwartakan malaikat. Bagaimana dia bisa tahu? Apa tandanya?

Tanda diberikan: ia jadi bisu.
Kebisuan itu buyar saat Zakharia mempersembahkan anaknya di Bait Allah dan memberinya nama: Yohanes. Syukur yang sungguh-sungguh syukur sejatinya dialami umat beriman bukan saat ia memperoleh sesuatu, melainkan saat ia mempersembahkan sesuatu. Mungkin memang benar: kebahagiaan jauh lebih besar dalam memberi daripada menerima.


HARI RAYA KELAHIRAN SANTO YOHANES PEMBAPTIS
Selasa, 24 Juni 2014

Yes 49,1-6
Kis 13,22-26
Luk 1,57-66.80

5 responses to “Bersyukur Itu Gak Gampang brow…”

  1. atmo Avatar

    room, maaf agak telat yah..sebulan ini banyak lowongnya. btw, kok jasa-ekspedisi?

    Like

    1. romasety Avatar

      hmmm…. kenapa ya jasa ekspedisi? Gak ngerti nih, emang sempat judulnya tertulis judul jasa ekspedisi, tapi sblm klik schedule aku dah ganti judul je kok masih terbaca jasa ekspedisi ya?
      btw… masih cawe2 to di perhati? Kmrn aku memang bilang ke Grace soal lowong itu… mending di link aja ke posting asli, drpd mesti kopi lalu cari gambar sendiri dll… Memang belakangan aku gak bisa selalu on time, kadang kerjaan lain menyita waktu… lha nek bangunnya baru subuh itu alamat telat deh postingnya…

      Like

  2. atmo Avatar

    siap…matur nuwun, akan ku link ke versodio.com…..sama penasaran nih, ada apa dengan seorang a setyawan dengan raisa yah….tiba tiba ingat cap di tangan habis konser raisa hahahhaaha…salam dua jari.

    Like

    1. romasety Avatar

      maksud pertanyaannya itu apa hubungan raisa dng salam dua jari ya? :v
      waktu itu kan raisa manggung di jb, aku ikut nonton, lha prosedurnya kyk di dufan atau di wbl, tangan dicap (kok ya gak kepikiran capnya taruh jidat aja ya)

      Like

  3. […] Posting Tahun Lalu: Bersyukur Itu Gak Gampang Brow […]

    Like