Kebahagiaan Tanpa Objek

Published by

on

Cara ngawur saja ya. Orang biasanya bertanya kepada orang lain mengenai kesenangan atau kesukaannya,”Kamu sukanya apa?” atau “Kamu senangnya apa?” Itu karena memang kesenangan atau kesukaan bisa menuntut objek (apa sih salah objek sampai mesti dituntut).  Hampir tak pernah orang bertanya,”Kamu bahagianya apa?”

Memang ada perbedaan mendasar antara kesenangan (pleasure) dan kebahagiaan (happiness). Yang pertama menyangkut lapisan luar dari kepribadian orang, sedangkan yang kedua bersangkutan dengan keseluruhan pribadi orang.  Paulus menginsinuasikan bahwa anak-anak terang lebih berfokus pada kebahagiaan yang menyelamatkan mereka.

Kebahagiaan seperti ini, dalam terang Injil, rupanya bukanlah hasil jerih payah usaha manusia sendiri. Keselamatan memang bukan kenyataan bahwa manusia punya inisiatif dan kemampuan untuk menggapai Allah. Sebaliknya, inisiatif rupanya dari Allah dan Allah pula yang memberikan keselamatan kepada manusia. Demikianlah, pleasure lies in gaining, happiness lies in giving. Dari pihak manusia dituntut kepasrahan untuk memberikan diri atau membiarkan dirinya disentuh, direngkuh, digapai Allah.


SENIN BIASA XXX
27 Oktober 2014

Ef 4,32-5,8
Luk 13,10-17

3 responses to “Kebahagiaan Tanpa Objek”

  1. […] terhadap batu mulia itu. Semakin orang memiliki detachment, semakin ia mengalami hidup kekal: kebahagiaan tanpa objek. Wacana ini tak dimengerti oleh mereka yang hidupnya dibatasi oleh kemuliaan […]

    Like

  2. Mei Bei Avatar
    Mei Bei

    Terimakasih tabungannya…
    Kebahagiaan sejati dihirup dan dihidupi… entah karena apa dan untuk apa…

    Like

    1. romasety Avatar

      Sama2 Bu’. Salam

      Like