Besar Upahmu di Surga

Published by

on

Di hadapan kesadaran kita terhampar imajinasi-imajinasi yang ikut menggerakkan hasrat hidup kita. Di satu sisi ada situasi kemiskinan, kelaparan, kehausan, penderitaan, orang tahanan, tertindas, dilecehkan, dihina, dan sejenisnya. Di sisi lain ada situasi kekayaan, kekenyangan, pesta, orang-orang yang menindas, membunuh, menjarah, menghisap darah, menghina, dan sejenisnya. Kita cenderung memilih yang satu dan menghindari yang lainnya, dan teks Injil hari ini mengutuk yang satu dan memberkati yang lainnya.

Akan mudah bagi Yesus untuk jadi kepala geng kelompok orang miskin dan membuat pasukan pemberontak terhadap orang kaya dan penguasa di bumi. Kebanyakan orang yang tidak mengenal sosok Yesus ini juga tak mengerti suatu logika paradoksal yang hari ini disodorkan kembali. Yesus tak punya jenis teologi pembebasan manusia yang timpang. Dia hendak membebaskan hati manusia dari segala korupsi, karena dari hati itulah berakar segala wujud yang terpampang dalam kenyataan hidup manusia. Jadi, bahkan meskipun ia mengkritik orang kaya dan membombong orang miskin, ia tidak sedang mengutuk situasi orang kaya maupun memuji situasi orang miskin. Ada saja orang miskin yang egois atau orang kaya yang berani berkorban demi orang banyak.

Begitulah, bahkan ajaran Yesus bisa saja dibakukan oleh kelompok orang yang legalistik dan formalistik dan malah luput dari sasaran. Misalnya atas dasar sabda bahagia versi Lukas ini orang mau hidup sederhana dan miskin sedemikian rupa sehingga kesehatan tak bisa dipertahankan dan akhirnya mati, tanpa bisa berbuat sesuatu untuk orang lain. Hmmm…njuk di mana makna kemiskinannya itu dong?! Tafsiran beku macam itu tentu tidak klop dengan semangat dasar yang dicanangkan Yesus sendiri. Ia sungguh ingin mewartakan pembebasan kepada siapa saja, sebanyak mungkin orang dalam segala situasinya masing-masing.

Entah kaya entah miskin, semua orang zaman ini perlu melihat suatu real-time heaven. Setiap orang diundang untuk berpindah keyakinan, bukan dari agama A ke agama B, melainkan dari jaminan hukum fisik ke jaminan hukum ilahi sendiri. Barang donya pastilah terkena hukum dunia: hancur, aus, karat, terbakar, dan sebagainya. Ikatan fisik pun terkena hukum fisik. Yang ditawarkan Yesus ialah apa yang disampaikan Paulus dalam bacaan pertama: matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Hanya dalam ‘kematian’ macam itu, orang bisa melakukan pilihan yang membebaskan hidupnya, mendapat upahnya di surga.

Tuhan, bantulah aku supaya tak jadi bulan-bulanan situasi sulit hidupku dan mampu mengambil kendali untuk mewartakan kemuliaan-Mu. Amin.


HARI RABU BIASA XXIII B/1
9 September 2015

Kol 3,1-11
Luk 6,20-26

Posting Tahun Lalu: Married Oke, Jomblo Bahagia