Sudah sejak 30 tahun lalu ada suara profetik alias kenabian yang disampaikan Neil Postman. Kira-kira kalau saya bahasakan agak njelimet bunyinya seperti ini: tak usahlah risau dengan kecanggihan komputer yang mampu meniru kemampuan berpikir manusia karena persoalannya bukanlah bahwa komputer bisa atau tak bisa berpikir seperti manusia melainkan bahwa manusia cenderung mengadopsi cara berpikir mekanistik dan algoritmik, yang dipengaruhi oleh penggunaan teknologi yang meluas.
Saya beri contoh yang sederhana tentang bagaimana Anda dinasihati supaya tidak banyak minum soft drink: ditayangkan klip sekian detik atau menit yang isinya menggambarkan bagaimana wastafel yang kotor itu bisa kinclong akibat diberi rendaman soft drink tertentu dalam waktu satu jam. Tentu saja, yang berpikir mekanis bisa secara naif menyamakan wastafel dengan usus manusia, lupa bahwa usus manusia bukanlah porselen atau tembikar! Maksud nasihatnya mungkin saja baik (untuk menghindari adiksi, misalnya), tetapi cara yang ditempuh untuk mencapai maksud baik itu bisa saja intimidatif dan memperbodoh orang. Bayangkan, hari gini Anda masih mengintimidasi orang dengan soft drink!
Contoh mutakhir adalah intimidasi dengan memakai analogi cooling system. Anda jangan ribut-ribut ya bahwa MK, KPU, dll itu dinilai tidak etis. Sudahi ribut-ribut itu semua, ini sudah masa tenang kampanye, jangan memancing keributan!
Nah nah nah, sejak kapan Nabi Muhammad berhenti menyuarakan ketidakadilan? Bisa gitu beliau disogok dengan state capture (aku punya kartu truf untuk membongkar kejahatan-kejahatan korupsimu yang merugikan negara kalau kamu tak mendukung aku) sekalipun? Tidak mungkin tentu saja, karena beliau tidak korup. Sejak kapan Yesus dianggap pembawa damai yang di dalamnya ada nuansa ketidakadilan? Sebaliknya, beliau membawa pedang! Artinya, semua pendengarnya diminta untuk mampu membelah kebaikan dari kejahatan, mampu memperjuangkan keadilan, yang tentu menjengkelkan bagi yang berpikir dengan model cooling system.
Loh, kok bawa-bawa Nabi Muhammad dan Yesus? Lha iya karena saya baru bisa membawa mereka karena saya kurang literasi mengenai figur-figur pejuang lainnya. Tambah lagi, bukankah bangsa ini mengkalim diri sebagai bangsa religius? Tanpa berkiblat pada mereka, nikmat mana lagi yang mau Anda dustakan?
Kalaupun mau berpikir secara mekanis, bukankah cooling system itu lebih kompleks daripada sekadar cairan coolant atau kipas pendingin? Apa artinya kampus berdiam diri dan melontarkan puja-puji sementara kecurangan di sana-sini diabaikan?
Menurut saya ini ya, Bu, cooling system terbaik ialah negara dan aparatnya menunjukkan netralitas dan meminimalkan kecurangan. Ini bukan kampanye per se; ini justru seruan supaya kampanye itu bermakna. Siapa pun pemenangnya, rakyat jelantah tak akan secara langsung hidupnya berubah drastis dengan kualitas hidup yang tinggi.
Jadi, kalau kampus bersuara, pastinya bukan karena pertama-tama kampus menghendaki paslon ini itu yang menang, melainkan bahwa aturan mainnya ditegakkan sehingga siapa pun pemenangnya memang legitimate dan bukan lantaran punya koneksi kekuasaan dan oligarki.
