Doa kok pakai latihan sih?
Lha iyalah, binatang buas saja gak ada yang begitu lahir mbrojol langsung njranthal lari mengejar mangsanya! Latihan jalan dulu bro’!
Kata Santo Ignasius (LR 1), latihan rohani mirip dengan latihan jasmani yang mengenal tahapan. Jadi tak perlu orang berpikir bahwa ia tahu-tahu akan mendapat karunia Roh Kudus bisa berdoa! Itu akan sangat sensasional dan spektakular dan hanya dalam kasus-kasus khusus Allah sungguh-sungguh melakukan intervensi dahsyat: kebangkitan Kristus, pertobatan Paulus, misalnya.
Doa pun memerlukan disiplin yang menjadi syarat jika orang sungguh ingin berdoa, bukan sekadar tampak berdoa. Yesus sendiri bahkan berlatih berdoa selama 40 hari 40 malam untuk sungguh fokus pada karya misinya (mosok ya tega-teganya orang mengklaim mampu berdoa dengan jilatan api Roh Kudus padahal memahami dirinya saja tidak mau atau tidak bisa; semuanya mau dilemparkan kepada tanggung jawab Roh Kudus!). Setelah latihan, ia tak lagi mengambil banyak waktu khusus untuk berdoa. Bayangkan, cuma tiga tahun mosok iya mau latihan doa dua tahun dan setahun untuk kerja. Yang benar saja…
Dengan kata “latihan” juga dimaksudkan suatu praktik konkret. Pembaca bisa melihat aneka teori atau bahkan sedikit teologi doa, tetapi teori doa itu, sebagus apapun, tak ada tajinya tanpa praktik. Bahkan pembaca juga bisa membaca seluruh materi doa di sini dalam hitungan menit, tetapi itu tidak membuatnya berdoa. Ini bukan latihan pikiran, konsentrasi, intelektual, atau apa pun namanya. Ini adalah praktik hati yang berdoa.
Ada buku pengantar latihan doa yang sederhana meskipun perlu tuntunan orang lain juga, yaitu Sadhana. Meskipun tidak bersifat mutlak, latihan seperti itu sangat membantu, kalau bukan menjadi syarat, untuk melakukan latihan doa tingkat lanjut.
Apa yang dilatihkan?
Yang dilatihkan di situ ialah kesadaran. Orang diajak melatih kesadarannya akan kehadiran Allah melalui sensasi-sensasi inderawinya: suara, mata batin, keadaan tubuh, dan sebagainya.
Apa tujuannya melatih kesadaran?
Supaya pendoa lama kelamaan semakin mudah fokus pada pokok doanya sendiri. Sekurang-kurangnya, jika orang mengalami distraksi dalam berdoa, ia bisa kembali fokus pada pokok doanya tanpa terus-menerus dibebani oleh kesulitan berkonsentrasi. Oleh karena itu, latihan kesadaran ini menjadi pondasi doa. Bahkan jika dalam latihan ini ada meditasi pengosongan pikiran, tujuannya bukan untuk pengosongan pikiran sendiri, melainkan untuk membuka ruang bagi masuknya Sabda Allah.
Oleh karena itu, doa atau meditasi yang dimaksudkan di sini sama sekali bukan doa atau meditasi tanpa objek untuk pengosongan pikiran belaka. Latihan doa di sini justru merupakan latihan untuk menemukan relasi antara dimensi transendental dan keseharian hidup manusia. Doa di sini sama sekali bukan metode atau teknik untuk menciptakan ketenangan atau kedamaian batin, melainkan suatu penghayatan untuk menanggapi keprihatinan hidup sehari-hari dalam ketenangan batin.
Bagaimana langkah-langkahnya?
Ada tiga tahap yang diperlukan supaya doa sungguh menghasilkan buah:
- Persiapan Doa (5-15 menit): memilih, menyiapkan bahan doa (kutipan-kutipan Kitab Suci), menentukan waktu dan tempat doa yang kondusif (tak perlulah melakukan latihan doa seperti ini di tempat publik, lebih baik menuruti tafsir literal Injil Matius 6:6). Pada saat ini orang sudah punya gambaran mengenai rahmat apa yang dimohon kepada Tuhan supaya Tuhan berkenan menganugerahkannya.
- Doanya sendiri (20-60 menit): (1) mengambil posisi yang paling kondusif untuk berdoa, (2) memejamkan mata, membayangkan dalam mata batin setting yang digambarkan dalam teks bahan doa (misalnya kotbah di bukit: bayangkan bukit, rasakan terik matahari, hembusan angin, orang-orang yang berkumpul, dll), (3) doa persiapan (memohon rahmat – diandaikan cocok dengan bahan doa; kalau ambil bahan doa teks mengenai kebangkitan ya gak lucu dong mohon rahmat kesedihan; serius sedikitlah kalau berdoa, mohon rahmat kegembiraan atau kekuatan, atau keteguhan hati jika teks yang dipakai berkenaan dengan peristiwa mulia seperti itu), (4) merenungkan pokok-pokok bahan meditasi, mengkontemplasikan pokok-pokok doa kontemplatif, (5) melakukan wawancara batin dengan Kristus yang bergantung di salib atau Bunda Maria (sesuai bahan doanya), kemudian (6) tutup dengan doa Bapa Kami atau Jiwa Kristus atau Salam Maria.
- Refleksi (5-15 menit): mencatat poin-poin penting dalam proses doa, yaitu (1) perasaan-perasaan sebelum doa, pada saat doa, dan setelah selesai doa, (2) insight yang diperoleh dari meditasi atau kontemplasi (baik yang bersifat informatif intelektual maupun spiritual), (3) niat atau dorongan-dorongan yang muncul setelah doa. Tutup dengan mengucap syukur atas proses doa yang telah dilalui.
Ada gunanya pada saat wawancara di akhir doa orang menghadirkan diri dalam mata batinnya di hadapan Yesus yang tersalib sambil bertanya pada diri sendiri: apa yang sudah kulakukan untuk Kristus, apa yang sedang kulakukan untuk Dia, dan apa yang akan kulakukan bagi-Nya.
Proses latihan doa yang dilakukan secara tekun niscaya menjembatani doa orang dan hidup kesehariannya karena dalam doa itu termaktub juga dimensi batiniah orang yang setelah doa menuntut pelaksanaan (misalnya niat dan tekad kuat yang muncul dalam doa, insight intelektual yang mungkin memperkokoh motivasi dan menemukan jalan kreatif untuk menghadapi problem konkret, perasaan positif yang bisa jadi menyokong keberanian orang untuk menentukan pilihan dan bertindak, dan sebagainya).
Doa yang dilatihkan di sini jelas bukan doa romantis, tetapi juga bukan doa yang intelektual semata, melainkan doa dengan hati. Kata orang bijak dalam bahasa Inggris: the goal of prayer is not to have God answer according to our desires, but for our hearts to be set to receive based on His desires...
Contoh “berdoa dengan hati” dong!
Lha silakan klik saja latihan-latihan di bawah ini. (Materi disadur dari buku Ramon Maria Luza Bautista SJ, Wood for the Fire, dengan tiga bagian besar: pengenalan diri, panggilan Kristus dan pencarian kehendak Allah).
- Diriku apa adanya di hadapan Allah
- Mendengarkan Tuhan
- Masuk dalam doa
- Meninjau hariku
- Pemeriksaan kesadaran harianku
- Melihat berkat-berkat yang kuterima
- Penerimaan diri
- Nilai utama, tujuan dan hasrat terdalam
- Cinta Tuhan yang tak bersyarat
- Hiburan dari kisah hidupku
- Berdoa dengan pengalaman masa kecil
- Dosa-dosa ‘kesukaan’ku
- Kedosaan manusia
- Dosa sosial
- Penyembuhan dan pengampunan
- Sentuhan lembut Allah yang menyembuhkan
- Mengucapkan selamat jalan pada yang sudah meninggal
- Mengampuni mereka yang telah menyakitiku
- Memulai lagi
- Menerima kenyataan pahit dalam hidup yang tak bisa kuubah
- Kesepian atau depresi
Panggilan Kristus, pribadi-Nya dan misteri paska
- Hidup pribadiyang penuh berkat
- Hidup berkeluarga
- Hidup religius dan kaul-kaulnya
- Perjalanan rohani
- Kematangan rohani
- Kebebasan rohani
- Masa kecil hidup rohani
- Konsolasi
- Desolasi
- Menamai Allahku
- Kelahiran Tuhan kita
- Kehidupannya yang tersembunyi
- Pembaptisan di Sungai Yordan
- Pencobaan di padang gurun
- Awal pelayanan publik Tuhan kita
- Panggilan murid-murid pertama
- Pengajaran dengan perumpamaan
- Kotbah di bukit
- Penyembuhan dan pengampunan Yesus
- Transfigurasi
- Pemecahan roti
- Masuk ke Yerusalem
- Penetapan Ekaristi
- Penetapan imamat
- Pengkhianatan dan sengsara di Taman Zaitun
- Sidang di hadapan Sanhedrin dan Pilatus
- Jalan salib dan penyaliban
- Kematian di salib dan pemakaman
- Perempuan-perempuan di makam
- Pesan dan kisah Emmaus
- Penampakan kepada para murid
- Kenaikan ke surga dan Pentakosta
Mencari, menemukan dan melakukan kehendak Allah
- Berbahagialah mereka yang miskin dalam roh
- Berbahagialah mereka yang berduka
- Berbahagialah mereka yang lemah lembut
- Berbahagialah mereka yang lapar dan haus akan kebenaran
- Berbahagialah mereka yang murah hati
- Berbahagialah mereka yang murni hatinya
- Berbahagialah mereka yang membawa damai
- Berbahagialah mereka yang dianiaya karena kebenaran
- Syarat-syarat hati yang bijak menimbang
- Melihat ke luar
- Melihat ke dalam
- Pilihan aktual
1 reply ›