Kebanyakan (untuk mengakui bahwa pernyataan ini hanya asumsi tanpa survey) umat beriman mengakui perbedaan antara dirinya dan Penciptanya. Akan tetapi, dari yang kebanyakan itu barangkali kebanyakan juga lebih dari sekadar membedakan antara dirinya dan Sang Pencipta, bahkan juga memisahkan dirinya dari Sang Pencipta.
Karena pemisahan itu, gak mengherankan, orang memahami kehadiran Allah seperti memahami kehadiran alien yang misterius, yang setiap saat bisa mak jegagig di balik tabernakel atau di atas patung salib Yesus. Bisa dimaklumi kalau orang merunduk-runduk dan sujud dengan anggapan bahwa di mimbar imam terdapat energi supranatural yang darinya mulut Allah menyabdakan kata-kata-Nya, sedemikian sakralnya sampai orang gak paham apa yang dibacakan. Semakin gak paham, semakin tinggilah kadar kesakralannya. Maka, yang namanya misa itu paling sakral kalau dilakukan dengan bahasa Latin!!!
Oalah…sudah gak paham bahasa Latin, gak paham diri sendiri. Njuk mau apa ya?
Doa orang rendah hati berangkat dari sikap rendah hati pendoa yang mengakui keberbedaannya dengan Allah Pencipta sekaligus mengimani bahwa Dia yang tak terbatas itu bersemayam dalam hati manusia. Untuk masuk ke kedalaman hati itulah setiap orang sewajarnya mengenal dirinya sendiri dan dengan itu lambat laun mengenal Allah yang transenden sekaligus imanen.
Oleh karena itu, beberapa latihan berikut ini bisa dipakai:
- Diriku apa adanya di hadapan Allah
- Mendengarkan Tuhan
- Masuk dalam doa
- Meninjau hariku
- Pemeriksaan kesadaran harianku
- Melihat berkat-berkat yang kuterima
- Penerimaan diri
- Nilai utama, tujuan dan hasrat terdalam
- Cinta Tuhan yang tak bersyarat
- Hiburan dari sejarah hidupku
- Berdoa dengan pengalaman masa kecil 1 2 3
- Dosa-dosa ‘kesukaan’ku
- Kedosaan manusia
- Dosa sosial
- Penyembuhan dan pengampunan
- Sentuhan lembut Allah yang menyembuhkan
- Mengucapkan selamat jalan pada yang sudah meninggal
- Mengampuni mereka yang telah menyakitiku
- Memulai lagi
- Menerima kenyataan pahit dalam hidup yang tak bisa kuubah
- Kesepian atau depresi
1 reply ›