Dengan segala hormat kepada komedian jadul yang sudah berbahagia dalam vibes surgawi dan perempuan-perempuan perkasa yang belum lama saya tonton wawancaranya di channel BAP ini, saya memutar ulang memori ’96-’98. Nama Jojon dengan o panjang memang muncul ketika saya menyimak teaser tayangan itu: ya ampun Jojon, tega-teganya kau omong soal rumor ’98 berkenaan dengan kaus perkosaan massal! Di mana suspendermu?
Dari Jojon saya belajar berpakaian ala orang malas memakai ikat pinggang. Tetapi dari playlist yang saya setel saat menyimak tayangan tadi muncul lagu “Manusia Kuat” yang klop dengan dua perempuan perkasa panutan saya, yang tak henti-hentinya berdiri di pihak kaum lemah. Semoga mbakyu-mbakyu ini, tentu tidak hanya mereka berdua, mendapat rida Allah yang meneguhkan untuk melawan tendensi status quo kekuasaan.
Kemarin saya ikut pertemuan sosialisasi pembagian bansos dan dalam pertemuan itu diakui bahwa di sana-sini ada aneka bentuk penyelewengan. Berita baiknya (atau buruknya ya?) penyelewengan itu tidak terjadi di wilayah kerja tempat saya mengabdi. Pedih memang. Tidak usahlah sampai ke pengemplangan uang dari tambang; ini jelas-jelas bansos yang dimaksudkan bagi keluarga tak sejahtera desil 1 sampai 3, ya tetap saja digarong; dan penggarongan ini hanya dimungkinkan jika ada kongkalikong dengan orang dalam.
Separah itulah kondisi negeri yang terjajah, bukan oleh bangsa lain, melainkan oleh bangsa sendiri. Pejabatnya gemar mencari kambing hitam yang berasal dari luar negeri (entah perang ini-itu, entah bencana di sana-sini, atau hal lainnya) tetapi kambing hitam di negeri sendiri tak dilirik. Mencari kambing hitam di luar menjadi kultur, dan sebisa mungkin kambing hitam di dalam diberangus. Nikmat macam mana lagi yang bisa didustakan oleh pejabat kebudayaan untuk menyangkal ini-itu dan segalanya berujung pada hukum rimba status quo?
Dari kejadian tabrakan yang saya curcolkan kali lalu, memang kelihatan tendensi kebinatangan manusia tetapi juga jenis kemanusiaan yang senantiasa hendak menempatkan dirinya sebagai pusat semesta. Semoga Anda dan saya tidak terjerembab ke kancah glorifikasi diri. Amin.
