Latihan Doa 45: Pemecahan Roti

Published by

on

1. Persiapan Doa (5-15 menit)

Memilih (baca semua secara sepintas lalu memilih salah satu yang dianggap menyentuh hati), menyiapkan bahan doa:
Mat 14,13-21 / Mrk 6,34-44 (Memberi makan 5000 orang)
Mrk 2,13-17 (Makan bersama pemungut cukai dan pendosa)
Yoh 2,1-12 (Perkawinan di Kana)
Luk 22,7-20 (Perjamuan terakhir)
Mencari tempat doa yang kondusif, menonaktifkan apa saja yang bisa mendistraksi kegiatan doa.
Mengambil posisi yang paling kondusif untuk berdoa (duduk tegak, bersila, telungkup… tapi mungkin posisi ini nantinya membantu orang untuk tidur)

Doa persiapan:

Tuhan Yesus, aku mohon rahmat pengetahuan batin yang mendalam akan pribadi-Mu, nilai-nilai injili-Mu dan khususnya cara-Mu mencinta supaya aku semakin jatuh cinta pada-Mu, mengikuti-Mu dan mencinta sebagaimana Engkau mencinta.

2. Doanya sendiri (20-60 menit)

  • Kontemplasikanlah peristiwa Yesus memecah-mecahkan roti.
    Imajinasikanlah tempat gurun (atau rumah Lewi, atau Kana, atau senakel, bergantung pada konteks perikop yang diambil) dan masuk dalam suasana doa, dalam adegan-adegan Injil, dengan mempertimbangkan tempat, para murid dan orang-orang yang hadir.
    Apakah yang kulihat? Apa saja yang kudengar? Kucium? Kusentuh? Mungkin juga kucecapi?
    Luangkan waktu untuk masuk dalam detil kisah transfigurasi dan perlahan-lahan, pada akhirnya, memfokuskan perhatian pada-Nya dan menatap penuh kasih wajah-Nya.
  • Kualitas dan nilai apakah yang menyentuhku saat aku bersama Yesus yang memberikan dirinya dalam pemecahan roti dan pemberian makan terhadap begitu banyak orang?
  • Setelah mengklarifikasi kualitas-kualitas dan nilai-nilai Tuhan (misalnya murah hati, perhatian yang tulus terhadap orang lain, hati yang tak terbagi, penuh berkat), ambillah waktu untuk memohon kualitas dan nilai serupa bagi diriku.
  • Biarkanlah diriku mengalami banyak kekaguman dan sensasi akan Tuhan saat mengkontemplasikan Tuhan memecah-mecahkan roti dengan orang-orang-Nya — Anak Manusia yang adalah Roti Hidup sendiri, tetapi duduk makan bersama orang yang sangat biasa, termasuk para pendosa dan orang-orang terbuang.
  • Doakanlah Injil Matius 14,13-21.
    Para murid hanya bisa memberikan lima roti dan dua ikan untuk lima ribu orang. Meskipun demikian, dari hanya lima roti dan dua ikan ini, Tuhan bisa melakukan mukjizat dan pada akhirnya bisa memberi makan dan mengenyangkan semua orang itu.
    Amatilah diriku sendiri. Saat ini, apa ‘lima roti dan dua ikanku’?
    Apa yang kurasa bisa kuberikan kepada Allah saat ini (bukan dari kelimpahanku, melainkan justru dari kekuranganku), sehingga Ia bisa melakukan mukjizat-Nya dalam diriku dan melalui diriku?

Melakukan wawancara batin

Mengimajinasikan Kristus yang bergantung di salib atau Bunda Maria dan mendialogkan pokok-pokok di atas: lima roti dan dua ikan diriku yang bisa dibagikan, bagaimana bisa dibagikan, dan sebagainya.
Berterimakasihlah kepada-Nya atas pelayanan penggandaan roti-Nya juga terhadap orang-orang lapar pada zamanku ini, bukan hanya lapar makanan tetapi juga lapar dan haus akan Allah sendiri.
Mohon berkat Allah dan akhiri dengan rasa syukur yang tulus atas sentuhan Allah dan rahmat penghiburan, dengan doa Bapa Kami atau Jiwa Kristus atau Salam Maria.

3. Refleksi (5-15 menit)

Mencatat poin-poin penting dalam proses doa:
(1) perasaan-perasaan sebelum doa, pada saat doa, dan setelah selesai doa
(2) insight yang diperoleh dari doa tadi (baik yang bersifat informatif intelektual maupun spiritual)
(3) niat atau dorongan-dorongan yang muncul setelah doa.