Entah bagaimana, isu yang jadi bahan curcol saya di sini dua tahun lalu, belakangan mencuat lagi. Saya tidak hendak masuk ke persoalannya, tetapi menegaskan keberpihakan saya. Sedangkal pemahaman saya mengenai sepak terjang Nabi Muhammad dan Yesus dari Nazaret, keadilan ilahi itu adalah muara dari wahyu Allah. Bolehlah kita sebutkan aneka intisari ajaran agama: kasih, damai, kebangkitan, cinta, bela rasa. We name it. Jika semua itu tak berujung pada keadilan ilahi, semua jadi gombal amoh mbelgedhes!
Curcol saya dua tahun lalu meneguhkan keyakinan bahwa jika ada orang, setinggi apa pun posisinya, mengabaikan perkara keadilan, apalagi keadilan sosial (bagi seluruh rakyat Indonesia), ia mempertaruhkan prinsip. Ia bisa menerjangnya, melindasnya, merundungnya, mencibirnya, tetapi semesta menemukan jalannya untuk memaparkan kebenaran prinsip itu. Sayangnya, perkara ini tidak secara gamblang dapat dilihat oleh mereka yang mindsetnya terkungkung kepentingan kuasa. Dengan POV kekuasaan, orang berpikir secara horisontal dengan target vertikal: ini jadi perkara anu kontra itu, mantan ini melawan mantan itu, dan seterusnya, demi pembuktian siapa benar siapa salah.
Gereja Katolik hari ini memestakan Lukas sebagai salah seorang penulis teks Kitab Suci. Yang mengesankan saya dari Injil ini, selain kisah naratifnya yang begitu klasik (the good Samaritan, prodigal son, Zakheus), ialah bahwa sejak awal ia menampilkan program strategis transnasional yang tidak mungkin terpahami hanya dengan melihat kepentingan parokial, kepentingan parsial, kepentingan lokal. Kenapa? Karena program strategis itu tak lekang waktu dan berlaku di mana-mana.
Tahun Rahmat Tuhan memerdekakan manusia dari aneka belenggu. Yang begini ini, pada titik tertentu bisa memantik orang yang sudah jengah dengan gontok-gontokan berbasis ketidakadilan untuk melawan, dari mana atau di mana pun mereka bisa mulai. Siapa kira Nepal mengalami pergolakan dengan katalis dunia digital? Berapa banyak digital migrants (mungkin Anda dan saya) yang memandang Gen-Z sebelah mata padahal mereka malah digital natives?
Semoga Anda dan saya (yang mungkin bukan kelompok Gen-Z) semakin menangkap dunia yang sejak zaman baheula merindukan keadilan daripada aneka wacana mengenai kemajuan, pertumbuhan ekonomi, dan sejenisnya. Amin. Amin.
PESTA S. LUKAS
(Sabtu Biasa XXVIII C/1)
18 Oktober 2025
