Aneka pedoman pembedaan roh maupun beberapa catatan memiliki andil besar bagi suatu proses pemilihan yang diambil orang supaya ia bahagia dunia dan akhirat. Orang yang mengadakan pemilihan dan penegasan seperti ini akan memiliki kepercayaan diri yang baik akan keputusannya tanpa menjadi arogan atau sebaliknya, menjadi peragu abadi.
Sebelum seseorang membuat suatu pemilihan dan penegasan, pertama-tama jelaslah ia perlu menyadari azas dan dasar hidupnya. Kalau azas dan dasar ini tidak menjadi landasan pedomannya, mungkin lebih baik ikuti ke mana arus mengalir saja: buang ke laut, dan upahnya besar…. di neraka, hehe…
Tidak semua hal mesti ditimbang dengan prosedur discernment. Gak lucu dong mau pilih apel Malang atau apel siaga saja mesti doa rosario dulu (atau malah lucu?). Bahan pemilihan dan penegasan rohani adalah hal-hal yang lebih prinsipiil.
Hal yang dijadikan bahan pemilihan:
- Bahannya haruslah sesuatu yang baik, atau sekurang-kurangnya netral deh, gak baik tapi juga gak buruk. Kalau halnya buruk, ya gak perlu bertele-tele: gak usah dipilih. Misalnya, di pasar orang punya ide mau nyolong sesuatu, tapi dia bingung mau pilih nyolong yang bakal ketahuan atau yang pasti gak ketahuan. Jelaslah, jangan nyolong! Bahan pilihan mestilah hal yang baik dan hal yang lebih baik lagi.
- Bahan pemilihan dibedakan antara yang bisa diubah dan yang tidak bisa diubah, atau sekurang-kurangnya sulit diubah. Misalnya perkawinan atau tahbisan imam. Hal ini dalam Gereja Katolik dianggap sekurang-kurangnya sangat sulit diubah. Hal yang bisa diubah itu contohnya ialah soal jenis pekerjaan, tempat tinggal, rumah, barang tertentu. Pemilihan mengenai hal-hal ini bisa dengan mudah diulang jika ternyata tidak tepat.
- Mengenai bahan yang tak bisa diubah, jika terjadi kekeliruan dalam pemilihan, hendaklah orang tetap dalam pilihan itu sambil mengusahakan sebaik mungkin yang ia bisa. Hitung-hitung, ini adalah bentuk tanggung jawab dan silih kepada Tuhan atas kekeliruannya dalam memilih (lha iya wong yang salah dia, bukan Tuhan!)
- Mengenai bahan yang bisa diubah, jika orang keliru memilih, ia bisa mengubahnya dan melakukan proses pemilihan lagi jika dimungkinkan.
Mengenai waktu pemilihan
Menurut Ignatius ada tiga waktu pemilihan, yaitu (1) waktu ketika orang tak punya keraguan bahwa Allah menggerakkannya untuk memilih sesuatu, (2) waktu ketika orang mendapat pencerahan dan pengertian dari konsolasi dan desolasi serta pengalaman dalam pembedaan roh, dan (3) waktu tenang untuk berpikir dan berefleksi.
Addenda:
- Waktu ini sangat jarang terjadi. Ini adalah waktu yang dialami oleh para nabi, rasul, dan para kudus. Pada waktu ini mereka tidak memiliki keraguan bahwa Allah menunjukkan sesuatu yang jelas-jelas mesti dijawab ‘ya’ oleh orang yang digerakkan-Nya. Ini melulu rahmat Allah. Mungkin bisa terjadi rahmat Allah itu diberikan melalui penampakan atau juga mimpi yang memberanikan orang untuk mengambil pilihan tegas dalam hidupnya.
- Orang akan memilih hal yang lebih membawanya kepada Tuhan dan ini kelihatan dari konsolasi yang ia alami. Misalnya orang yang menimbang-nimbang untuk hidup selibat menjadi imam atau menikah, ia akan menjatuhkan pilihan pada hal yang sungguh memberikan konsolasi. Juga ketika orang mau menentukan satu orang dari sekian orang untuk menjadi jodohnya, ia mestilah memilih atas dasar konsolasi yang dialaminya bersama orang itu.
- Ini adalah waktu yang pada umumnya dimiliki orang: tenang dan tanpa tergesa-gesa menimbang-nimbang bahan pemilihan. Pada waktu ini orang tak diganggu oleh macam-macam roh sehingga bisa menggunakan daya kodrati (pikiran, budi, kehendak) secara bebas. Ada dua cara yang bisa ditempuh untuk melakukan pemilihan pada waktu ketiga ini:
- Melihat, mempertimbangkan unsur pro dan kontra dari setiap hal yang dijadikan bahan pemilihan, lalu membawanya ke dalam doa. Kadang sangat penting juga membicarakannya dengan orang lain atau pembimbing rohani supaya lebih meyakinkan.
- Setelah doa di hadirat Tuhan, orang bisa (1) membayangkan orang tak dikenal datang kepada kita untuk minta nasihat tentang bahan pemilihannya. Karena dimintai nasihat, biasanya orang akan memberi nasihat yang sangat baik, demi yang lebih memuliakan Tuhan; (2) membayangkan seolah-olah dalam sakrat maut dan bertanya apa yang dipilih, pada saat ini orang cenderung memilih yang paling tepat untuk kebahagiaan hidupnya maupun kemuliaan Tuhan; (3) membayangkan diri ada dalam pengadilan terakhir, apa yang dipilih jika dihadapkan pada Tuhan yang sedang mengadilinya; (4) membayangkan apa akibat pilihan itu terhadap relasi dengan Tuhan dan sesama, mana yang lebih mendekatkan, kiranya itulah yang perlu dipilih.
Di samping unsur-unsur tersebut, orang juga perlu mengingat bahwa ada hal yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan, seperti
- Sifat, watak, dan pembawaan orang. Orang yang mudah bingung, takut, punya trauma juga akan sangat terpengaruh oleh kebingungan dan ketakutannya itu dalam memilih.
- Pendidikan. Orang yang terlatih membuat pilihan sejak kecil akan lebih mudah dalam melakukan pemilihan dalam hal besar.
- Suara hati. Jika suara hati orang jernih, baik, benar, akan sangat dimudahkan dalam proses pengambilan keputusan.
- Perbedaan dimensi pemilihan: rohani, moral, psikologis, praktis. Mudah dalam satu dimensi bisa jadi sulit dalam dimensi lainnya.
Sumber:
Latihan Rohani St. Ignatius
Paul Suparno, Roh Baik dan Roh Jahat.
1 reply ›