Cicilan

Published by

on

Dulu pernah saya pamerkan ungkapan bahasa Latin yang menyinggung nama ikan: Nemo dat quod non habet. Tidak ada orang memberikan (sesuatu) yang dia tidak punya. Jadi, kalau Anda memberikan sesuatu yang Anda tidak punya, berarti Anda bukan orang. Anda mungkin tuyul atau jin atau jun; ngaku aja, daripada saya tahu dari tuyul lain loh. 

Ungkapan nemo tadi mengandaikan bahwa Anda mesti punya ‘sesuatu’ dulu sebelum ‘sesuatu’ itu Anda berikan. Tak masalah apakah Anda sudah bayar lunas atau pakai cicilan kredit. Kalau Anda memilikinya dengan cicilan, pokoknya Anda sudah depe dulu dan kalau depe nol rupiah, Anda sudah melakukan cicilan pertama gitu deh. Nah, runyamnya, bisa jadi cicilan belum selesai, Anda sudah kebelet ingin memberikannya kepada orang lain. Bisakah begitu? Berlakukah nemo dat quod non habet tadi? Tentu bisa, jika ‘sesuatu’ itu adalah benda material. Nemo dat quod non habet tak berlaku di situ.

Agak susah juga mencicil cinta, tetapi sebagian orang meyakini cinta dengan modal cicilan dan depe nol rupiah tapi depenya itu tersimpan dalam anu, njuk cintanya malah seperti candi: bubrah. Candi Bubrah mungkin masih bisa dinikmati, tapi cinta bubrah, gimana gitu ya.

Perumpamaan yang disodorkan hari ini sudah sangat jelas menggambarkan bahwa belas kasih Allah tak bisa dicicil. Take it or leave it gitu aja. Karakter dalam perumpamaan, hamba yang hutangnya aujubilah itu tak menganggap belas kasih tuannya berharga. Belas kasih itu mbelgedhes, itu emang sudah karakter raja yang baik, tuan yang baik, Allah yang baik. Nah nah nah, itulah masalahnya. Betul, itu karakter Allah yang berbelas kasih, tetapi orang ini tak menganggapnya sebagai sesuatu yang bernilai. Yang bernilai adalah hitung-hitungannya, utak-atik keadilan transaksional. Ada harga ada rupa. Hmm… ya gak keliru, bukan? Ya emang enggak, cuma ya itu tadi, take it or leave it dan belas kasih Allah itu layak untuk diabaikan saja.

Memang beriman tak pernah gampang. Paling mudah ya menempatkan sosok Allah nun jauh di sana dan tak perlulah berpartisipasi dalam sifat-sifat-Nya. Biarlah sifat-sifat mulia dihidupi Allah yang sempurna itu. Nanti kita kapan-kapan saja mencicil partisipasinya, misalnya kalau sudah bau tanah.
Dengan begitu, pengampunan memang jadi sangat sulit. Nemo dat quod non habet. Orang sulit mengampuni karena tak merasa bahwa hidupnya sendiri berasal dari pengampunan. Orang susah memaafkan karena tak menyadari bahwa hidupnya sendiri disokong oleh belas kasih Allah, lewat belas kasih banyak orang. Orang menganggap mustahil pengampunan tanpa syarat karena tak kunjung paham bahwa hidupnya sendiri dilingkupi cinta tanpa syarat dari semesta. Orang-orang begini ini barangkali menyimpan terlalu banyak keyakinan ideologis di kepalanya dan tak melihat lebih banyak kasih dalam hidupnya. Biar dibaikin bagaimana pun, orang yang tak tahu syukur ini tak akan bisa memberikan kebaikan.

Tuhan, mohon rahmat kerendahhatian untuk melihat besarnya cinta-Mu yang tanpa syarat supaya kami dapat terlibat dalam belas kasih-Mu. Amin.


HARI MINGGU BIASA XXIV A/1
17 September 2023

Sir 27,30-28,9
Rm 14,7-9
Mat 18,21-35

Posting 2020: Lupa Diri
Posting 2017: Ampun Ya Ampun

Previous Post
Next Post