Horor

Published by

on

Anda boleh saja tidak mengambil gaji sebagai hak atas posisi atau jabatan yang diberikan kepada Anda, tetapi sebaiknya tak usah Anda katakan karena jika Anda katakan, apalagi kepada publik, bisa jadi mencederai mental orang lain. Salah seorang senior saya, bukan orang Indonesia asli, pernah rekaman di sebuah stasiun televisi swasta pada tengah malam ketika para crew sudah di penghujung jam kerja mereka. Kami sendiri ngantuk, para crew itu mestinya lebih lelah dari kami.

Setelah sesi rekaman selesai dan para crew membereskan perlengkapan untuk bersiap-siap pulang, senior saya ini didatangi salah satu karyawan dan saya dengar mereka omong perkara honor. Senior saya tidak bisa mengecilkan volume suaranya sedemikian rupa sehingga kami bisa dengar ketika ditanyai nomor rekening, ia balik bertanya,”Nomor rekening untuk apa?” Bahkan meskipun saya tak punya nomor rekening, saya tahu bahwa nomor rekening itu berguna untuk tujuan transfer honornya. Yang mengejutkan kami ialah ketika karyawan itu mengatakan sebenar-benarnya bahwa mereka butuh untuk transfer uang, senior saya menjawab,”Uang? Untuk apa saya uang?”

Sampai di situ saya tak memperhatikan lagi dialog mereka, tetapi saya tengarai wajah crew yang sedang membereskan properti itu semacam bersabda,”Maksud loe?!”
Tentu saja, yang mereka kerjakan semua di situ adalah untuk mencari uang. Bisa-bisanya senior saya ini secara lantang menyatakan bahwa ia tak butuh uang. Itu semacam mengatakan “Gua dah tajir, kagak butuh lagi uang.” Pernyataan itu sendiri bisa jadi memang benar. Ia memang tidak membutuhkan honor itu karena hidupnya mulai dari bangun pagi sampai tidur malam setiap hari dicover BPJS khusus, tetapi menyatakannya keras-keras di hadapan banyak orang yang tak punya BPJS khusus itu melukai perasaan.

Melukai perasaan mungkin juga bukan hal yang begitu parah. Lebih parah lagi ketika ungkapan itu disampaikan untuk menutupi kenyataan bahwa ada hal yang lebih besar lagi daripada honor. Yes, Anda bisa saja mengembalikan gaji sebagai wakil presiden, misalnya, karena sesungguhnya yang lebih penting bagi Anda ialah akses kekuasaan yang bisa Anda manfaatkan untuk kepentingan Anda sendiri. Kuasa lebih powerful daripada honor karena honor hanyalah ekses dari kuasa yang Anda punya.

Teks bacaan utama hari ini sama sekali tidak memuji kemiskinan sebagai keadaan ideal. Celakalah orang yang menyemangati orang lain bahwa kemiskinan mereka adalah takdir dari Allah. Kemiskinan yang dipuji dalam sabda bahagia hari ini adalah kemiskinan sebagai pilihan, sebagai jalan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama: meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti logika Cinta ilahi. Logika ini tidak sinkron dengan menjual segala sesuatu demi mendapat jabatan dan ketika jabatan diperoleh ia hanya bisa memikirkan bagaimana mengembalikan modal besar yang sudah digelontorkannya. Tak usahlah buru-buru membatasinya pada ranah politik. Bisa Anda temui juga orang menjadi dokter dan praktiknya diupayakan bukan demi melayani mereka yang dalam kondisi emergency, melainkan demi mengumpulkan pundi-pundi yang dulu diinvestasikan oleh orang tua. Begitu seterusnya, keadilan sosial, kesejahteraan bersama tak mungkin tergapai ketika setiap orang menganggap diri miskin dan terus menerus mengejar kekuasaan.

Tuhan, mohon rahmat keberanian untuk memeluk kemiskinan sebagai jalan kemanusiaan dan keilahian. Amin.


HARI MINGGU PEKAN BIASA VI C/1
16 Februari 2025

Yer 17,5-8
1Kor 15,12.16-20
Luk 6,17.20-26

Posting 2022: Pilih Missqueen
Posting 2019: Tidak Saling Uninstall

Previous Post
Next Post