Gag

Published by

on

Orang Kristen zaman now bisa mendapati diri canggih (Bahasa Jawa kasar: cangkěmé nggah nggih, iya-iya doang kagak ngapa-ngapain) berhubung dengan mandat Kitab Suci yang tidak mereka praktikkan lagi. Misalnya, kebiasaan membasuh kaki (Yoh 13,1-15), cium kudus (Rm 16,16), eksklusi perempuan dari ‘urusan laki-laki’ dalam kepemimpinan (1 Kor 14,33-36); atau larangan mutlak perceraian (Mrk 10,2-12), dan lain-lainnya. Hal-hal itu tidak dilakukan lagi, kalau bukannya malah ditentang! Njuk ngapain terus berpegang pada teks usang dong? Teks bacaan utama hari ini jelas menegaskan bahwa Yesus datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat. Apa ini juga berarti mempertahankan teks usang?

Sik sik sik, di sini kita perlu perlahan-lahan mengerti teksnya. Betul bahwa Yesus datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat, tetapi tidaklah betul menganggapnya semata sebagai upaya tafsir ulang terhadap Taurat karena kalau begitu, pastilah ada konflik interpretasi yang ujung-ujungnya siapa kuat dialah yang menang tafsir. Dengan kata lain, itu jadi semacam pemilik suara terbanyaklah yang menang. Dengan kata lain lagi, itu bisa jadi semacam klaim mayoritas bahwa tambang nikel Gug baik-baik saja dan hanya yang kalah pilpres dan antek asinglah yang berkoar-koar Save Raja Ampat. Runyam kan kalau begini, perkara cuan dirasionalisasi dengan aneka argumen legal abal-abal.

Yesus, saya percaya, menggenapi Taurat bukan dalam arti mencari polemik tafsir Taurat, melainkan menangkap roh di balik Taurat dan menerjemahkannya dalam kata dan tindakannya. Itu yang disebut sebagai penggenapan: si pembuat Taurat itu, yang dipercaya oleh orang Yahudi sebagai Allah yang esa, menetapkan aturan mainnya dalam Taurat tetapi blueprint dalam Taurat itu baru genap jika umat-Nya menangkap roh yang tak lain berasal dari pencetak blueprintnya. Alhasil, ini bukan lagi perkara rumusan Tauratnya mesti ditafsirkan bagaimana, melainkan soal bagaimana komunitas manusia mewujudkan visi Taurat itu dalam hidup konkret.
Lha ya kan untuk mengerti visi Taurat tetap butuh tafsir Taurat, Rom!
Betul, tetapi tafsir itu mestilah tunduk pada Roh, bukan siapa cepat dia dapat atau siapa kuat dia menang.

Sayangnya, Roh tidaklah mahakuasa di hadapan orang-orang canggih tadi. Ia bisa terbungkam oleh mindset yang didominasi cuan dan naif perkara isu lingkungan. Semoga cuan Anda dan saya tidak berasal dari kerusakan lingkungan. Amin.


Rabu Biasa X C/1
(Pw S. Barnabas Rasul)
11 Juni 2025

2Kor 3,4-11
Mat 5,17-19

Rabu Biasa X A/1 2017: Trending Tidur
Rabu Biasa X B/1 2015: Taat, tapi Robot

Previous Post
Next Post