Tidak setiap konflik perlu dihadapi secara frontal. Ada kalanya, lebih baik orang menghindarinya, tetapi bukan karena takut konflik, melainkan demi melakukan kebaikan yang lebih besar lagi. Sekurang-kurangnya begitulah penulis teks bacaan utama hari ini menyiratkan apa yang dibuat Yesus ketika konfliknya dengan para pemuka agama semakin meninggi. Mereka sudah bersekongkol untuk membunuhnya dan ia menyingkir untuk menyembuhkan orang-orang lain. Meskipun demikian, ia tetap melarang orang-orang yang disembuhkannya untuk koar-koar tentang dirinya. Sekali lagi, bukan karena takut konflik, melainkan karena begitulah kerja senyapnya.
Saya teringat ada CEO dari perusahaan raksasa yang kerendahhatiannya malah dapat mengubah kultur perusahaan itu. Perusahaan yang semula kinerjanya dilandasi oleh slogan sebagai orang yang tahu segala, perlahan berubah menjadi orang yang belajar segala. Dari mana datangnya kerendahhatian CEO ini? Dari pengalaman hidupnya bertahun-tahun menemani anaknya yang menderita cerebral palsy sampai tutup usianya beberapa tahun lalu.
Tuhan, mohon rahmat kerendahhatian yang dapat menggerakkan semakin banyak orang untuk mencintai-Mu. Amin.
SABTU BIASA XV C/1
19 Juli 2025
Sabtu Biasa XV C/1 2019: Politik Mandul
Sabtu Biasa XV B/1 2015: Agama Selingkuh
