Ada hal atau barang atau orang yang Anda sadari pentingnya atau bahkan eksistensinya justru ketika mereka ini absen. Akan tetapi, asumsinya, Anda punya keakraban dengan hal-hal itu sebelum mereka absen. Sekurang-kurangnya, mereka menjadi latar hidup Anda seperti suara dengungan kulkas, lampu neon dengan starter, mesin kendaraan, dan sebagainya. Keakraban dengan Tuhan tidak jauh berbeda dengan hal itu.
Seperti pada umumnya relasi, pada awalnya orang risau dengan apa yang hendak dikenakan, perona pipi mana yang mesti dipakai, kata-kata apa yang mesti dipersiapkan, mimik dan gaya apa yang harus ditunjukkan. Semakin keakraban itu mencapai kedalaman, hal-hal itu tak lagi menjadi penting. Tak ada yang perlu dipastikan untuk mengakrabkan diri lagi. Orang semakin tampil apa adanya tanpa risau apa yang hendak dikenakan, perona pipi mana yang mesti dipakai, kata-kata apa yang mesti dipersiapkan, mimik dan gaya apa yang harus ditunjukkan.
Teks bacaan utama hari ini menyodorkan pertanyaan tentang ‘tanda’ dari Yesus, yang dalam keseluruhan teks tidak bisa diterjemahkan sebagai ‘mukjizat’ atau perbuatan ajaib. Ini perkara mereka meminta kepastian, yang sayangnya tak mungkin diberikan karena keakraban belum terbangun. Barangkali, permintaan Anda dan saya mengenai tanda dari Tuhan adalah indikasi bahwa kita memang belum akrab dengan sosok ini, baik siang maupun malam.
Tuhan, ajarilah kami untuk terbuka pada tanda-tanda cinta-Mu.
HARI SENIN BIASA XVI C/1
21 Juli 2025
Senin Biasa XVI C/1 2019: Percaya Itu Indah?
Senin Biasa XVI B/1 2015: All about Relationship
