Ada sebagian orang yang pandainya minta ampun (dan dikabulkan) tetapi rendah hatinya juga minta ampun (dan dikabulkan lagi). Semakin pandai, semakin rendah hati mereka itu. Entah apakah memang ada korelasi antara kepandaian dan kerendahhatian dan saya tidak tahu dalam diri orang-orang seperti ini pikiran macam mana yang berkecamuk. Tapi ya itu tadi, cuma sebagian orang saja yang begitu. Ada sebagian lain yang semakin pandai, semakin arogan. Jadi, tak bisa disimpulkan bahwa semakin pandai seseorang, semakin arogan atau semakin rendah hati.
Teks bacaan utama hari ini mengindikasikan bagaimana kepandaian tidak dihubungkan dengan kemampuan kognitif belaka, tetapi dengan sikap dasar tertentu terhadap pemahaman seseorang. Anda dan saya bisa jadi menilai diri pintar bin pandai karena cepat menangkap permasalahan, mengerjakan soal algoritma, menyelesaikan persamaan kompleks, memecahkan rumus tersembunyi, dan sebagainya; dan menganggapnya semata hasil kemampuan kerja syaraf otak kita. Memang betul itu semua berkat kerja syaraf otak, tetapi hanya orang yang rendah hatilah yang mengakui bahwa kerja syaraf otaknya itu bukan pemberian dirinya sendiri.
Alasan Yesus mengajar dengan memakai perumpamaan kiranya berhubungan dengan hal ini: hanya orang yang menerima kemampuan kognitifnya sebagai rahmat, hadiah, pemberian Allahlah yang memiliki keterbukaan untuk memahami misteri kehidupan secara lebih bijak. Dalam diri orang seperti ini, kepandaian kognisi tidak pernah menjadi sumber kebahagiaannya. Ia gembira bukan karena mendapati dirinya pintar, dengan segudang piala dan penghargaan, melainkan karena keterbukaannya pada rahmat Allah memungkinkannya menyingkap aneka hal yang dapat menuntunnya pada Kebenaran.
Di sini, pemahaman bukan lagi perkara pencapaian manusiawi, melainkan hadiah Allah. Itu mengapa semakin orang memahami makna hidupnya, semakin ia bahagia karena berkat Allah melimpah-limpah. Sebaliknya, semakin orang tertutup terhadap rahmat itu, semakin ia mengumbar capaian dirinya dan semkin ia kehilangan pula makna hidup yang membahagiakan.
Semoga Anda dan saya semakin terbuka pada rahmat Allah yang memerdekakan. Amin.
HARI KAMIS BIASA XVI C/1
24 Juli 2025
Kel 19,1-2.9-11.16-20b
Mat 13,10-17
Kamis Biasa XVI C/1 2019: Galau Pembawa Berkah
Kamis Biasa XVI B/1 2015: Cinta Bukan Cica
