Judol

Published by

on

Semakin orang mengalami kasih Allah, semakin ia berkehendak kuat untuk menyalurkan kasih itu dan orang seperti ini mengalami kebahagiaan yang tak terenggut oleh apa pun. Menariknya, kemarin di medsos saya jumpai celetukan yang membuat saya terhenyak: orang yang dungu itu lebih mudah bahagia karena kedunguannya. Apa itu bukan berarti kebahagiaan semu bagi orang dungu? Semoga orang yang mengalami kasih Allah itu tidak dungu. Amin.

Teks bacaan utama hari ini menegaskan kesenyapan kerja Allah, tetapi hasilnya begitu kokoh. Yang diperlukan dari pihak manusia bukan mengokoh-ngokohkan kerapuhan, melainkan bertekun dalam kerja senyap Allah itu juga dalam kerapuhan dirinya. Manusia rapuh tidak menyangkal kerapuhannya, tetapi memakainya sebagai pijakan untuk melihat simpul-simpul kebaikan Allah dan pada saatnya membuat kebaikan Allah itu lebih berakar pada kemanusiaannya.

Di medsos, sindikat pinjol punya tampilan menarik dan meyakinkan. Bermula dari kebaikan (atau kedunguan?) untuk membantu sesama, yang bahkan tak dikenal, orang bisa terjerat transaksi digital. Menariknya, di platform yang sama tersedia juga wadah bagi mereka yang mengalami penipuan digital untuk menyampaikan laporan. Komplet, kan? Jasa keamanan sekaligus kejahatannya disediakan dan orang dungu tak menyadarinya.

Di situ, jika orang memahami bahwa Kerajaan Allah itu seperti benih yang begitu kecil dan diam-diam akhirnya menjadi kokoh, kekokohannya dibangun dari yang kecil-kecil: orang tahu disiplin keuangan dan disiplin kerohanian juga. Disiplin adalah perkara menangkap tujuan dan jalan ke sana. Tidak ada jalan pintas menuju keberhasilan. Kalau ada shortcut ya namanya bukan keberhasilan lagi, melainkan lotre atau judi.

Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan untuk menangkap kehadiran-Mu dalam peristiwa-peristiwa sederhana. Amin.


HARI SENIN BIASA XVII C/1
28 Juli 2025

Kel 32,15-24.30-34
Mat 13,31-35

Senin Biasa XVII A/1 2019: Ilmu Melintir
Senin Biasa XVII B/1 2015: Kecil-kecil Cabe Rawit

Previous Post
Next Post