Jika ice breaking berfungsi sebagai pencair suasana, memang kata ‘pecah’ wajar dipakai untuk menggambarkan dinamika sekumpulan orang yang semula bak kayu kering tiba-tiba jadi mi keriting saus tiram [lah, bedanya apa?]. Suasananya bukan lagi cair, melainkan pecah. Akan tetapi, jika kata ‘pecah’ dipakai untuk menggambarkan pribadi, mungkin perlu sedikit dipikirkan seperti apa pribadinya.
Teks bacaan Injil hari ini mungkin membantu penggambaran pribadi yang pecah itu: seperti orang-orang Farisi dan ahli Kitab Suci yang dikritik oleh Yesus. Kiranya tidak semua orang Farisi dan ahli Kitab Suci pecah kepribadiannya. Sebagian dari mereka setia membayar persepuluhan sesuai ketentuan agama, tetapi kesetiaan itu tak berlaku untuk bertindak adil kepada sesama. Sebagian dari mereka begitu keras dan kikir terhadap orang lain, tetapi sikap keras dan kikir itu tak mereka terapkan untuk diri sendiri.
Jika suatu bangsa dibangun dengan sokongan pribadi-pribadi yang pecah seperti itu, jangan harap ‘revolusi mental’ terjadi bahkan ketika pucuk pimpinannya paling getol menyerukan ‘revolusi mental’. Kemarin saya dengar selentingan bahwa salah satu proyek pantai indah dikeluarkan dari daftar Proyek Strategis Nasional. Lucunya, konon pimpro pantai itu berjasa besar dalam PSN lain yang digadang-gadang jadi ikon Indonesia maju di pulau terbesar negeri ini menggantikan posisi Ibukota yang disinyalir akan tenggelam. Jadi, dengan dalih Ibukota riskan tenggelam, pindah saja, tapi masukkanlah pengembangan ibukota (calon) lama itu sebagai PSN!
Begitulah karikatur bagaimana negeri ini dikelola. Orang-orang yang pecah itu tidak hanya hidup di ranah konglomerasi. Di seluruh sendi kehidupan, orang-orang pecah mencari peluang di balik slogan NKRI, peningkatan gizi, naturalisasi menuju Pildun, riset untuk pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya. Pemburu renten bekerja di mana-mana dan tak pernah punya persoalan bagaimana negeri ini dikelola. Yang penting Bento: aku menang, aku senang, persetan negeri ini mau jadi apa, tak peduli nelayan, petani, buruh (termasuk dosen dan guru) hidup susah karena aku….
Tuhan, mohon rahmat supaya keterpecahan hidup kami tak semakin menggila. Amin.
RABU BIASA XXVIII C/1
15 Oktober 2025
Rabu Biasa XXVIII C/1 2019: Mbok Think Globally
Rabu Biasa XXVIII B/1 2015: Beriman = Bermain
