Paus emeritus, Benediktus XVI, menunjukkan roh yang disodorkan dalam bacaan hari ini: ia melepaskan zucchetto-nya ketika bertemu dengan Paus Fransiskus. Ini simbol kuat bahwa Benediktus XVI menaruh respek, lebih dari itu, memercayakan dirinya pada kepemimpinan Paus Fransiskus. Nota bene, Benediktus XVI adalah teolog ulung yang tahu banyak hal, tetapi dia tidak memposisikan dirinya sebagai paus senior.
Pertentangan internal partai, kekacauan sistem penanggulanan bencana, disebabkan oleh dominasi nafsu duniawi: harta, kuasa, wanita (loh yang walikota perempuan bagaimana, mosok juga punya nafsu terhadap wanita?)… Digembar-gemborkan orang ingin memperjuangkan kepentingan bersama, tetapi itulah slogan yang sinkron dengan kemunafikan tetapi bertentangan dengan semangat pelayanan yang rendah hati dan tulus.
Kata philia memang memuat nuansa cinta yang memiliki preferensi tertentu: orang gak mungkin bersahabat dengan setiap orang di dunia ini. Ia mestilah punya preferensi. Nah, kalau orang ingin menjadi sahabat dunia, tentu preferensinya kepada dunia. Dalam arti itu, ia menyingkirkan Allah dari lingkaran inti relasinya.
Logika yang disodorkan di sini: bersahabatlah dengan Allah karena persahabatan dengan Allah tidak mengabaikan dunia. Mengapa? Karena persahabatan dengan Allah justru hanya terwujud dengan preferensi kepada semua orang (supaya Allah menjadi Bapa bagi semua, dan tidak mengklaimnya sebagai Bapa kita sendiri).
Seorang ibu yang menyiapkan makan untuk semua anggota keluarga, tentu tidak memasak dan memakannya dulu. Ia lebih dulu memasak, dan setelah semua berkumpul, mereka makan bersama. Bisa jadi si ibu mengambil makan lebih dulu (biasanya tidak), tetapi pokoknya dia tidak memenuhi nafsu duniawinya dulu baru kemudian memikirkan anggota keluarga lain: ia memikirkan kepentingan seluruh anggota keluarga (termasuk dirinya) lebih dahulu, lalu bekerja melayani kepentingan semua tadi, baru kemudian ikut ambil bagian dalam makan bersama.
Wah…seandainya jajaran birokrat itu punya semangat murni seperti ini, pastilah bla bla bla…. dan karena kenyataannya tidak begitu, tentulah juga karena Gereja, kita semua, gagal menularkan roh kerendahan hati dalam pelayanan itu. Orang gagal memperluas lingkaran preferensi dari kepentingan diri, keluarga, agama, suku, dan lingkaran primordial lainnya karena pola pikirnya terbalik: pikir diriku sendiri dulu, baru pikir mengenai orang lain, baru kalau sudah tenang kaya raya lalu pikir mengenai Tuhan!!!
Akronim JOY mungkin membantu: Jesus (yang tak identik dengan agama), Others, Yourselves.
SELASA BIASA VII A/2
25 Februari 2014
Yak 4,1-10
Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kalian? Bukankah datangnya dari hawa nafsu kalian yang saling bergejolak dalam tubuh kalian?…Hai kalian, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kalian tahu bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah…
Mrk 9,30-37
Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Apa yang kalian perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka…. “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya…”
Categories: Daily Reflection
mantab pakdhe
LikeLike
maturnuwun brow… belajar terus ki…
LikeLike