Kebenaran Menajiskan Hati Korup

Dari bacaan pertama kemarin bisa kita pahami bahwa nabi sejati mewartakan kabar bukan demi menyenangkan orang. Ia menyodorkan suara Tuhan, entah orang senang atau tidak. Hidup memang tidak gampang, apalagi hidup dalam kebenaran: mesti ada risiko melawan mainstream. Meskipun begitu, bacaan pertama hari ini memberi harapan atas jalan buntu yang dihadapi umat beriman. Yeremia menunjukkan betapa penyakit dan dosa bangsa Israel begitu besar dan tak tersembuhkan. Toh Allah tetap membuka peluang bahwa kondisi helpless itu masih bisa diperbaiki. Bagaimana?

Kita ingat beberapa waktu lalu ada sekelompok orang yang membuang bingkisan zakat yang disumbangkan sebuah perusahaan; kita juga mendengar berita bagaimana pembagian zakat memakan korban jiwa. Andaikanlah zakat itu berupa makanan, siapakah yang pantas disalahkan atas tragedi yang terjadi? Makanannya? Orang yang menolak bingkisan? Orang yang memberikan zakat atau yang menerima zakat?

Santo Paulus menegaskan bahwa Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rom 14,17). Maka, jika orang sampai tidak mengalami damai sejahtera, sukacita dalam Roh Kebenaran karena makanan, tentu bukan makanannya yang menajiskan, melainkan aneka pikiran dan perkataan yang keluar dari suasana negatif tadi: keirihatian, kecemburuan, kebencian, kedengkian, kepicikan. Yesus tahu benar bahwa yang dikatakannya itu menjadi skandal atau menyerang orang-orang Farisi; tapi ya mau bagaimana lagi? Kebenaran mesti dipegang dan tugas pewartaannya mesti dituntaskan. Kalau ada yang merasa diserang karena pewartaannya itu, ya salah dia sendiri dong. 

0856026jonan1780x390

Kereta ekonomi tentu bukan barang najis entah bagi orang gembel maupun bagi direktur. Akan tetapi, direktur yang memakai gerbong ekonomi pun bisa mengundang aneka reaksi, entah yang positif ataupun negatif legalistik. Bagi orang yang hatinya murni, semuanya jadi murni; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis (Tit 1,15).

Ya Tuhan, berilah aku hati nan murni untuk menempatkan segala hal di sekelilingku sebagai sarana untuk memuliakan nama-Mu, bukan namaku.


SELASA BIASA XVIII A/2
5 Agustus 2014

Yer 30,1-2.12-15.18-22
Mat 15,1-2.10-15