Seperti Apa Roda Hidupmu?

Konon, manusia hidup dalam roda alam: kadang sedemikian mudah menyenangkan, kadang begitu sulit dan keras. Jika sepanjang hidupnya ia sengsara, barangkali rodanya segitiga! Kemarin disodorkan kata-kata Salomo mengenai kesia-siaan hidup manusia: kebahagiaan tidak ditemukan dalam aliran-aliran sekolah para kaum terpelajar, termasuk bahkan filsafat hedonis ala Epicurus sekalipun. Sarannya, di dunia yang berubah-ubah ini, orang menerima diri dengan gembira hati dan menggunakan segala daya yang diberikan Tuhan kepadanya. Kenapa?

Sederhana saja. Runyam deh kalau orang terus menerus hidup menurut mood yang sangat dipengaruhi oleh aneka perubahan eksternal itu yang tidak bisa dikendalikannya. Ini bak menutup sepuluh lubang dengan keterbatasan dua tangan dan kaki, atau seperti menutupi penampungan lumpur Lapindo yang terus menerus luber (kalau tak mau disebut jebol atau bocor!). Repot dan bikin pusinglah pokoknya!

Tingkat kepusingan paling kecil itu ada di pusat lingkaran. Maka, tak mengherankan jika Salomo menyarankan supaya orang masuk ke kedalaman dirinya, dengan gembira hati menerima bahwa yang eksternal itu berubah-ubah seturut hukum alamiahnya. Memang orang sudah mengembangkan aneka rekayasa ilmu untuk memengaruhi alam yang berubah-ubah itu, tetapi sia-sialah seluruh rekayasa itu jika tidak mengabdi pada inti kebahagiaan kekal manusia sendiri: keterpautan hati pada Pusat Hidup semesta.

Yesus melakukan cross-check kepada murid-muridnya: apa kata orang-orang mengenai diriku? Ada yang bilang begini, ada yang bilang begitu. Hmm… oke, trus menurut kamu sendiri, aku ini siapa? Mesias dari Allah! Well, tapi pahamkah kamu bahwa selama di dunia ini, bahkan keterpautan hati pada Pusat Hidup semesta itu tidak menghilangkan penderitaan. Menyangkal kenyataan ini membuat orang imun terhadap kehidupan yang sebenarnya dan diam-diam menilai kehidupan ini sebagai kutukan, penjara, neraka yang harus dilewati atau bahkan dihindari!

Tuhan, bantulah aku untuk menerima segala perubahan dan perbedaan tanpa kehilangan fokus hidup untuk senantiasa menyatakan berkat-Mu bagi siapa saja yang kujumpai hari ini.


JUMAT BIASA XXV
26 September 2014

Pkh 3,1-11
Luk 9,18-22