Semakin Beriman, Semakin ngArtis

Ada lukisan atau patung Yesus dan Maria yang dibuat oleh para artis dan menimbulkan decak kagum penikmat karya seni. Tanpa banyak pengetahuan mengenai seni pun saya menikmati detail patung buatan Michelangelo, misalnya, atau lukisan Leonardo da Vinci. Seolah-olah mereka ini memang sungguh menguasai seluruh pernak-pernik tubuh manusia (dan memang mereka mempelajarinya) sehingga lukisan atau patung yang mereka buat tampak ‘hidup’.

Lukas, yang hari ini dipestakan oleh Gereja Katolik, oleh Tom Jacobs SJ (1929-2008) disebut sebagai pelukis hidup Kristus dengan tulisan-tulisannya. Akan tetapi, yang jauh lebih mengundang decak kagum ialah lukisan dengan hidupnya sendiri sebagai rasul. Kenapa mesti decak kagum? Biasa aja deh kayaknya. Iya sih, memang bergantung dari cara melihatnya.

Ada orang-orang yang lukisannya bagus, tetapi yang dilakukannya adalah semacam reproduksi foto atau lukisan lain. Ia melihat foto, mengamati detilnya, lalu memperbesarnya dengan goresan kuas lukis. Ia melukis dengan baik sesuai modelnya. Ini pun sudah sesuatu banget, tidak semua orang memiliki kemampuan reproduksi seperti ini.

Akan tetapi, kita masih bisa menyaksikan orang yang tidak memerlukan model di depannya untuk melukis. Model itu sudah ada dalam kepalanya, dalam imajinasinya. Ia menerjemahkan imajinasinya dalam kanvas. Orang seperti ini bahkan bisa menggunakan bahan apa saja untuk melukis karena kayanya imajinasi (dengan mesin tik jadul, misalnya). Ini tentu lebih mengagumkan lagi.

Lukas, melukis pesan Yesus dengan hidupnya sendiri. Yesus mengutus para murid dengan aneka pesan dan petunjuk. Kemarin kita mendengar pesan untuk tidak takut kepada yang bisa membunuh tubuh dan hari ini disodorkan catatan Lukas mencatat: Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. (Luk 10,3). Catatan ini disimpannya terus dalam hati dan dihayatinya dalam hidup konkret: sementara Demas meninggalkan Paulus dalam kesusahan, karena takut pada bahaya yang mengancam, Lukas tetap bersama Paulus menjadi rasul.

Itulah artis yang sesungguhnya, yang melukis Kristus dengan hidupnya sendiri. Iman pun seperti seni, (recommended: klik saja link lebih dari sekadar teknik), bukan sekadar ilmu ukur, bukan sekadar mengikuti petunjuk. Ada keterlibatan. Ada imajinasi. Tanpa imajinasi, tak ada iman. Semakin beriman, semakin imajinasi orang diperkaya oleh Sabda Allah sendiri. Tak mengherankan, semakin orang beriman, semakin orang terlihat sebagai artis.

Sayangnya, tidak berlaku sebaliknya. Semakin orang kelihatan sebagai artis, belum tentu ia semakin beriman karena barangkali imajinasinya dipenuhi sesuatu yang lain sama sekali daripada Sabda Allah sendiri. Lukas mengagumkan karena imajinasinya dipenuhi oleh Kristus dan hidupnya dilandasi oleh imajinasi itu.


PESTA S. LUKAS
(Sabtu Biasa XXVIII A/2)
18 Oktober 2014

2Tim 4,10-17b
Luk 10,1-9

1 reply

  1. Semakin beriman, semakin imajinasi orang diperkaya oleh Sabda Allah sendiri…Lukas mengagumkan karena imajinasinya dipenuhi oleh Kristus dan hidupnya dilandasi oleh imajinasi itu <–wonderful life..powerful life..salam imajinasi iman

    Like