Kisah panggilan para rasul bisa mengingatkan orang pada kutipan Kitab Suci lainnya: Yesus mengakhiri perumpamaan itu begini, “Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit saja yang terpilih.” (Mat 22,14) Kenyataannya, Yesus cuma memilih beberapa saja untuk menjadi rasul. Lalu, orang memakai kisah itu untuk membenarkan anggapan bahwa panggilan hidup religius atau panggilan menjadi imam ya seperti itu nasibnya: banyak yang dipanggil tetapi sedikit saja yang dipilih.
Akan tetapi, kita lihat bahwa kisah panggilan rasul adalah kisah historis sedangkan ungkapan ‘banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih’ adalah perumpamaan mengenai Kerajaan Allah. Ini dua hal yang berbeda. Memang de facto dalam pendidikan kaum religius atau calon imam ada seleksi yang dilakukan untuk memilih mana yang tepat untuk ordo atau tarekat atau keuskupan tertentu.
Meskipun demikian, seleksi yang dilakukan oleh staf keuskupan maupun ordo atau tarekat itu dibuat atas pilihan-pilihan yang diambil oleh orang yang ‘terpanggil’ itu. Ada saja orang muda yang sebenarnya punya panggilan dalam hatinya tetapi pilihan-pilihan yang dijatuhkannya tidak mengarah pada panggilan batinnya itu. Jadi, ungkapan yang cocok sebetulnya ialah banyak yang dipanggil, tetapi sedikit saja yang memilih.
Panggilan Allah itu ditegaskan dalam surat Paulus: kita semua bukan lagi orang asing atau pendatang, melainkan “keluarga Allah”. Akan tetapi, apakah pilihan kita itu mencerminkan semangat “keluarga Allah” itu? Yesus berdoa semalam-malaman untuk menentukan pilihan. Hal yang sama sebetulnya diperlukan jika pengikutnya hendak memilih: melibatkan doa supaya pilihannya senantiasa berorientasi pada panggilan hatinya.
Tuhan, semoga kami senantiasa dekat dengan hati-Mu. Amin.
PESTA S. SIMON DAN YUDAS
(Selasa Biasa XXX)
28 Oktober 2014
Categories: Daily Reflection
1 reply ›