Satu Tuhan: Salam Tiga Jari

Pada setiap zaman mungkin ada orang-orang yang mengklaim diri kritis sebagai free thinkers, tapi sebenarnya cuma mengorupsi sistem kepercayaan agama yang diwahyukan Allah. Orang yang berpaham deisme, misalnya, sungguh percaya bahwa semesta diciptakan Tuhan, tetapi Dia tak lagi campur tangan dalam semesta ciptaan-Nya. Ini adalah paham Kristen (juga Islam, Yahudi) yang korup! Allah tetaplah terhubung dengan semesta ciptaan-Nya.

Kelompok Saduki hendak mengorupsi kepercayaan umat beriman akan kebangkitan orang mati dengan menyodorkan pertanyaan: kalau perempuan married gak punya anak dan suaminya mati, lalu saudara suaminya itu menikahinya tapi juga tak punya anak, lalu saudaranya yang lain lagi menikahinya dan tetap tanpa anak sampai matinya, njuk nanti setelah kebangkitan itu mana dong yang jadi suaminya dari laki-laki itu?

Kok bisa ya kaum Saduki itu bertanya ‘sekritis’ itu?
Karena mereka tak percaya pada kebangkitan badan. Gak cuma gitu, mereka tak percaya adanya kelanjutan jiwa manusia, dan hubungan antara tindakan terhadap tubuh material dan reward-nya bagi roh. Nah, agama tanpa pokok kepercayaan seperti itu, ya rusak dong

Jenasah Santa Sesilia konon tak rusak dan posisinya ketika meninggal dipertahankan dan kalau diamati secara teliti, satu jari tangan kirinya tidak menggenggam, sementara pada tangan kanannya tiga jari. Dalam sakrat mautnya ia menyampaikan pesan jelas: satu Allah dan relasi cinta antara tiga pribadi, yaitu Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Iman seperti ini dihidupi Santa Sesilia sampai ajalnya. Pasca kematiannya, kita percaya, ia hidup dalam relasi cinta yang mengatasi ruang waktu (tak perlu dicarikan jodoh alias jomblo forever).

Kok dia dijadikan pelindung paduan suara dalam Gereja Katolik ya? Karena sewaktu ia dibakar di suatu ruangan, ia malah duduk tenang bernyanyi dan orang-orang mendengar ia seperti bernyanyi bersama kelompok kor (entah kor lingkungan mana)!


SABTU BIASA XXXIII
Peringatan Wajib Santa Sesilia
22 November 2014

Why 11,4-12
Luk 20,27-40