Orang-orang berbahasa Inggris barangkali masih akrab dengan ungkapan “You are my angel”, yang dalam bahasa Indonesia menjadi “Kamulah malaikatku”, tetapi kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa jadi tidak mudah. Maklum, angel dalam bahasa Jawa berarti sulit (njuk opo hubungane dab?). Tapi tak usahlah mempersulit yang gampang dimengerti: apapun bisa dijuluki malaikat oleh umat beriman sejauh yang dijulukinya itu membawa keselamatan Allah dalam hidupnya.
Gereja Katolik hari ini merayakan pesta Malaikat Agung: Gabriel, Rafael, dan Mikael. Gabriel, berarti Allah nan kuat, yang memberi penjelasan mengenai arti penglihatan kepada Nabi Daniel (Kitab Daniel bab 8 dan 9) dan memberi warta kepada Elisabet dan Maria (Injil Lukas bab 1). Rafael, yang berarti Allah peduli/memperhatikan, menuntun Tobias dan melindunginya dari mara bahaya, menyembuhkan Sara dan Tobit ayahnya (Kitab Tobit). Mikael, yang berarti yang menyerupai Allah, mendampingi Nabi Daniel dalam pergumulan dan kesulitannya (Kitab Daniel bab 10). Ia juga yang mengatasi setan, melemparkannya ke neraka (Why 12).
Bacaan Injil untuk perayaan Malaikat Agung ini menuturkan panggilan Natanael, yang begitu sinis terhadap Mesias dari Nazaret. Oleh Yesus, dia disebut sebagai orang Israel sejati yang tak punya kepalsuan. Loh, piye to, orang jelas menyangkal Mesias kok malah disebut orang Israel sejati berhati murni sih! Hmm… sabar to. Besar kemungkinan bahwa Natanael ini berada di bawah pohon ara untuk merenungkan sosok Mesias yang akan datang. Ini masuk akal karena bawah pohon ara memang umumnya dipakai untuk mengajar dan belajar para rabbi Yahudi saat itu. Pohon ara juga merupakan simbol perdamaian dan kelimpahan (Mi 4,4, Za 3,10).
Lha, “berada di bawah pohon ara” itu bisa jadi menunjukkan bahwa orang ingin setia pada proyek Allah Israel itu: orang Israel yang autentik adalah dia yang tahu bagaimana melepaskan persepsi-persepsinya sendiri yang tak klop dengan rencana Allah. Nah, rencana Allah itu, dalam kepercayaan orang Yahudi, tentu saja tersirat dalam Kitab Suci. Dalam ajaran resmi saat itu, Mesias memang tidak datang dari Nazaret di Galilea (Yoh 7,41-52), melainkan dari Betlehem. Padahal, Yesus, yang lahir di Betlehem, tidak dikenal sebagai orang dari Betlehem, tetapi dari Nazaret (makanya disebut Orang Gila dari Nazaret, haha…). Jadi, Natanael konsisten. Ia tidak meremehkan orang Nazaret ketika mengatakan “Adakah yang baik dari Nazaret?” Ia hanya menegaskan keyakinannya bahwa Mesias takkan datang dari Nazaret.
Perjumpaan dengan Yesus memang mengubah hidupnya sehingga ia melontarkan julukan “Anak Allah” dan “Raja orang Israel”. Perjumpaan dengan pribadi Yesus itu membantunya untuk sadar bahwa rencana ilahi tidak selalu seperti yang kita bayangkan atau inginkan. Natanael mengakui ada kesesatan dalam cara berpikirnya, mengubah pikirannya dan menerima Yesus sebagai Mesias. Kepada orang seperti Natanael ini dijanjikan untuk bisa melihat malaikat yang naik turun menghubungkan Allah dengan Anak Manusia.
Apa malaikat itu kurang kerjaan ya kok cuma naik turun begitu? Itu bukan ‘cuma’, memang kerjanya begitu: naik turun, menyambungkan lidah Allah kepada manusia dan sebaliknya. Klop dengan namanya: malaikat berarti messenger.
Semoga Malaikat Agung senantiasa menyertai jatuh bangun perjalanan kita untuk tetap connect dengan Si Empunya Kehidupan ini. Amin.
PESTA S. MIKAEL, GABRIEL, dan RAFAEL (Malaikat Agung)
(Selasa Biasa XXVI B/1)
29 September 2015
Posting Tahun Lalu: Zaman Modern Gini Masih Percaya Malaikat?
