Kemarin diulas sedikit elemen dari inner happiness: orang connect dengan Sabda Allah yang tertera dalam hati mereka. Hari ini teks Injil juga menyinggung pokok yang kurang lebih sama. Ceritanya sederhana. [Umumnya memang cerita Yesus sederhana; pokoknya ada gunung, danau, orang banyak, orang sakit, mereka yang butuh bantuan, masalah-masalah kehidupan] Orang banyak takjub berada di sekeliling Yesus tapi mereka ini kelaparan. Yesus berbelas kasih dan pesan Injil mulai dari situ.
Menurut murid-muridnya, pemecahan masalah itu datang dari luar: mesti ada yang memberi mereka makan atau uang untuk membeli makan. Menurut Yesus, pemecahan masalah itu datang dari dalam: yang memberi makan adalah mereka sendiri. Siapa ‘mereka sendiri’ itu? Ya orang-orang yang mengidentifikasikan diri sebagai ‘mereka sendiri’ itu! Belas kasih Yesus mengidentifikasikan dirinya dengan orang banyak yang kelaparan itu. Ia pun meminta murid-muridnya untuk mengidentifikasikan diri dengan mereka yang kelaparan.
Berbagai macam persoalan terjadi karena orang tidak mau mengidentifikasikan dirinya dengan kemanusiaan. Orang butuh pengecualian, orang bersikap eksklusif, merasa diri berbeda (entah inferior ataupun superior) sehingga tak dapat berpartisipasi dalam kemanusiaan yang lebih manusiawi. Belas kasih Yesus, bela rasanya, mendorong identifikasi diri dalam kerapuhan manusia dan dengan demikian justru membantu auto recovery kemanusiaan. Tanpa belas kasih, kebaikan orang bersifat kompulsif, bermotif politis mendongkrak tingkat elektabilitas. Tak ada relasi. Semua menjadi politis, menjadi instrumental, dan orang-orangnya sakit mental. Paling banter orang cuma menaruh rasa kasihan (masih mending daripada ‘kasihan deh lo’), dan tak menemukan saluran untuk menyambungkan rasa dengan tindakan yang sejalan.
Allah yang mahamurah, sembuhkanlah penyakit mental kami yang masih sulit berbelas kasih kepada kemanusiaan yang rusak karena kepentingan narsis kami. Amin.
HARI RABU ADVEN I C/2
Peringatan Wajib S. Edmund Campion
Robert Southwell dll, Imam dan Martir (SJ)
2 Desember 2015
Categories: Daily Reflection