Mari Gembira

Sudah jamak orang menyimpan kenangan akan sosok pribadi atau peristiwa dengan benda tertentu: sapu tangan, lagu, foto, dan cindera mata lainnya. Pada saat-saat tertentu cindera mata itu bisa ‘menghadirkan’ pribadi atau peristiwa yang dikenangkan, tetapi jelas bukan dalam arti bahwa pribadi dan peristiwa itu hadir sebagai objek pikiran orang. Misalnya, seragam yang dulu dikenakan seorang veteran perang di medan pertempuran, tentu takkan membuat pertempuran itu berlangsung kembali ketika ia melihatnya. Mungkin saat memandangnya ia teringat akan kenekadannya, strategi yang dijalaninya, kecerdasannya, tekad membaranya, dan sebagainya. Singkatnya, roh saat ia berperang itu hadir kembali.

Ini mirip juga dengan orang yang memberi penghormatan kepada bendera negara. Tentu ia menghormati bendera bukan karena dari bendera itu diyakininya ada kekuatan supranatural, roh yang bisa mak cling membuat ia kebal atau sakti mandraguna. Bisa jadi saat orang memberikan penghormatan kepada bendera negara itu, ingatannya merujuk pada sebuah film nasional yang membuatnya terharu dan bangga atau muncul tekad besar untuk membaktikan diri sebagai pegawai negeri untuk melayani bangsa dan negara. Kebanggaan atau tekad besar itulah rohnya. Adanya bukan di ‘luar sana’ tetapi di ‘dalam sini’ dan memengaruhi pola pikir dan tindak tanduk seseorang.

Kemarin sudah didikakatatakan bahwa Lukas mendeskripsikan Maria sebagai tabut perjanjian yang sesungguhnya. Tabut perjanjian merujuk pada lokus kehadiran Tuhan yang dibuat oleh Musa yang memuat loh hukum Allah sendiri (Kel 25,10-21). Tentu tak mungkinlah Tuhan hadir dalam tabut perjanjian seperti perang yang dialami veteran perang tadi! Tuhan tak mungkin dijadikan objek pikiran. Jika Maria adalah tabut perjanjian yang baru, itu berarti bahwa dalam rahimnya hiduplah sosok pribadi yang menghadirkan sosok Allah sendiri. Allah tidak lagi tinggal dalam tabut berisi loh hukum perintah Allah, melainkan tinggal dalam pribadi, dalam hati Maria. Indikator kehadiran Allah dalam hati manusia itu digambarkan dalam bacaan pertama sebagai pujian lantaran roh kegembiraan yang meluap-luap.

Bunda Maria, bantulah aku untuk membiarkan hati terbuka pada roh yang mengobarkan diri untuk mencintai Tuhan. Amin.


HARI KHUSUS ADVEN
Senin, 21 Desember 2015

Kid 2,8-14
Luk 1,39-45