Come and See!

Kemarin saya menonton film yang disetel oleh teman SMA saya. Cara nyetel filmnya menarik: cukup dengan modal mulut dan cara jenakanya bertutur. Teman saya ini seorang imam Katolik, yang ditugaskan di wilayah konflik, yang saya rahasiakan nama negaranya. Ini film laga yang menegangkan. Dimulai dari imam Katolik yang melewati padang gurun sendirian dengan mengendarai sebuah mobil jeep. Ia pulang dari tugas pelayanannya dan di suatu titik ia melihat dari kaca spionnya ada kendaraan lain yang mengikutinya. Kendaraan serupa dengan kendaraannya tetapi tampaknya berpenumpang lebih banyak.

Belum sempat ia memacu kendaraan lebih cepat, penguntitnya itu sudah menyusulnya. Penumpang kendaraan itu bersenjata. Mereka memotong jalan kendaraan pastor ini dan berhenti di depan mobilnya sehingga si pastor terpaksa menghentikan kendaraannya. Cepat sekali kejadiannya. Lima orang bersenjata sudah berdiri di kiri kanannya dan memaksa pastor ini turun dari mobil. Sang pastor menyetujui permintaan para pria bersenjata itu tetapi minta waktu untuk memundurkan mobilnya sedikit. Orang bersenjata itu melihat mobil mundur sedikit, tahu-tahu njranthal kabur. Pastornya melarikan diri!!!

Orang-orang bersenjata itu kembali naik mobil dan menembaki mobil pastor ini. Sial. Tak ada peluru yang mengenai ban atau tangki bensin mobil buruan mereka! Jadi gak kayak di film-film betulan. Mobil pastor ini terus meluncur dan pada titik tertentu di gurun itu mobil pengejarnya memutar balik arah. Barangkali karena kehabisan amunisi. Pada mobil sang pastor sendiri terdapat sekurangnya 30 lubang peluru.

Pastornya selamatkah?
Telapak tangan kanannya terkena peluru yang begitu masuk ke dalam tubuh lantas meledak. Ia masih bisa mengendarai mobil sampai akhirnya tak sadarkan diri karena terlalu banyak darah yang dikeluarkan. Selagi masih sadar, ia sempat menghubungi uskupnya. Ketika uskup datang bersama pastor lain, ia sudah tak sadarkan diri. Beberapa penduduk desa terlebih dahulu menolong pastor ini.

Mahasiswa yang ikut menonton film itu bertanya,”Waktu itu Romo takut gak bekerja di tempat itu?” “Enggak tuh.” Wuih… kereeeennn! “Pastor yang tertembak itu kan bukan saya,” jawabnya sambil mlengeh alias nyengir.

Menurut pengakuannya, saat ia bertugas di sana, ia malah tidak merasa takut meskipun berlangganan melihat bom dan terhampiri roket. Setelah pulang kembali ke tanah air dan melihat ulang film yang dituturkannya itu, barulah dia geleng-geleng sendiri dengan aneka rasa (termasuk barangkali rasa takut juga),”Kok bisa ya?”
Tentu saja, kalau orang punya kepasrahan kepada Allah, kenapa mesti takut? Orang macam ini tak takut pada kematian, tetapi juga tak takut pada kehidupan. [Memang lucu ada orang-orang yang tak takut mati karena takut hidup dan mungkin lebih lucu lagi orang yang takut mati tetapi juga takut hidup]

Film ini saya pakai untuk memahami teks hari ini mengenai panggilan murid pertama Yesus menurut versi Yohanes. Inisiatif tetap datang dari Allah meskipun dua murid Yohanes itu pergi mengikuti Yesus atas petunjuk Yohanes. Yesuslah yang menoleh ke belakang, bertanya, dan mengundang mereka,”Come and see!”

Itulah panggilan bagi semua orang, apapun agamanya: come and see. Terserah mau berkarir atau bekerja di bidang apa. Yang penting, orang ‘datang dan melihat’ Tuhan, alias tinggal bersama-Nya.

Tuhan, semoga kami senantiasa rindu untuk tinggal bersama-Mu di setiap langkah hidup kami. Amin.


HARI BIASA MASA NATAL
Rabu, 4 Januari 2017

1Yoh 3,7-10
Yoh 1,35-42