Teori Kepemimpinan

Ada beragam teori kepemimpinan yang menjadi minat psikologi dalam satu abad terakhir dengan pertanyaan: Apa persisnya yang membuat pemimpin berkualitas hebat? Apakah kepemimpinan ini perkara nature atau nurture? Apakah ini soal karakter atau kepribadian? Pertanyaan-pertanyaan riset itu memberikan beragam teori seturut pendekatan yang dijalankan.

TEORI ORANG BESARMuncul pada pertengahan abad XIX tanpa kepastian saintifik mengenai ciri manusia yang memunculkan pemimpin hebat.
Teori ini berasumsi bahwa ciri kepemimpinan bersifat intrinsik: PEMIMPIN ITU DILAHIRKAN, BUKAN DIHASILKAN [termasuk lewat pelatihan kepemimpinan]. Orang hebat ini terlahir dengan kharisma, kepercayaan diri, inteligensi dan keterampilan sosial tertentu sehingga kerap digambarkan sebagai pemimpin heroik yang ditakdirkan sebagai pemimpin jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Istilah ‘orang besar’ atau ‘orang hebat’ [Great Man] dipakai karena pada saat itu kepemimpinan dipikirkan sebagai kualitas laki-laki, khususnya dalam konteks militer.
Herbert Spencer pada tahun 1860 menentang the great man theory ini dengan menunjukkan bahwa orang-orang hebat itu tak lain adalah produk zaman dan tindakan mereka merupakan hasil kondisi-kondisi sosial mereka.
TEORI ALAMI/TRAIT THEORYTeori ini berkembang pada tahun 1930-an dalam bidang psikometrik karena rupanya parameter sifat-sifat kepribadian tidak cukup tepercaya. Punya kemiripan dengan the great man theory, teori sifat alami (trait theory) mengasumsikan bahwa orang mewarisi kualitas dan sifat tertentu yang membuat dirinya cocok menjalankan kepemimpinan.
Teori ini mengidentifikasi kepribadian atau ciri-ciri perilaku dalam diri para pemimpin dan menyebut hal-hal itu sebagai sifat-sifat pemimpin: inteligensi, keberanian, rasa tanggung jawab, kreativitas, dan nilai-nilai lainnya. Sialnya, satu-satunya ciri yang teridentifikasi dari para pemimpin itu adalah: mereka sedikit agak lebih tinggi dan intelijen.
Tambah repot lagi, mengapa ada sekian banyak orang yang punya sifat-sifat pemimpin itu tetapi toh bukan pemimpin? Teori sifat tidak bisa menjelaskan hal ini.
TEORI PERILAKU/BEHAVIOURAL THEORY
Berlawanan dengan dua teori sebelumnya, teori perilaku (Behavioural Theories) berkeyakinan bahwa pemimpin itu DITEMPA DENGAN LATIHAN, BUKAN DILAHIRKAN.
Menanggapi kritik terhadap pendekatan sifat pemimpin, para peneliti menguji kepemimpinan sebagai sebuah perangkat perilaku, dengan mengevaluasi perilaku pemimpin yang sukses, menentukan sebuah taksonomi perilaku, dan mengidentifikasi gaya kepemimpinan. Maka, teori ini menaruh fokus pada tindakan para pemimpin, alih-alih kualitas mental atau karakter internal mereka.
Menurut teori perilaku ini, orang dapat belajar menjadi pemimpin dengan latihan dan observasi. Dengan evolusi dalam psikometri, khususnya analisis faktor, para peneliti dapat mengukur hubungan sebab-akibat dari perilaku khusus dari para pemimpin. Dengan begitu, dengan conditionings yang tepat, siapa pun bisa jadi pemimpin seperti mereka yang punya bakat alami.
TEORI SITUASIONAL/CONTINGENCY
Teori ini berfokus pada variabel-variabel terkait kondisi sekeliling yang bisa menentukan gaya kepemimpinan khas yang paling cocok bagi situasi tertentu.
Maka, tidak ada gaya kepemimpinan terbaik untuk segala situasi.
Pemimpin bisa memilih cara memimpin atau cara pengambilan keputusan yang paling tepat seturut variabel-variabel tersebut.
Misalnya, dalam situasi si pemimpin adalah anggota yang paling berpengalaman dan berwawasan luas, gaya otoriter mungkin paling tepat.
Sebaliknya, jika para anggota kelompok semuanya ahli dan terampil, kepemimpinan demokratis kiranya lebih efektif.
TEORI FUNGSIONALArgumentasi teori ini ialah bahwa tugas pokok pemimpin ialah mengelola apa saja yang dibutuhkan kelompok. Dengan demikian, seorang pemimpin disebut menjalankan fungsi dengan baik jika berkontribusi bagi kohesi dan efektivitas kelompok. Kontribusi itu dilakukan dengan lima fungsi: environmental monitoring, pengelolaan kegiatan subordinat atau anggota dipimpinnya, mengajari dan melatih bawahannya, memotivasi anggota lain, dan secara aktif melakukan intervensi dalam kerja kelompok.
TEORI PARTISIPATIF/DEMOKRATIS
Menurut teori ini, pemimpin melibatkan anggota kelompok dalam pengambilan keputusan meskipun keputusan akhirnya bisa bervariasi, mulai dari kata akhir pada pemimpin sampai pemimpin mengakomodasi konsensus dalam kelompok. Para pemimpin ini mendorong partisipasi dan kontribusi anggota kelompok dan membantu mereka supaya semakin merasa relevan dan berkomitmen dalam proses pengambilan keputusan. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan mengembangkan pemahaman persoalan mereka yang kelak menggumuli keputusan itu sendiri. Selain itu, orang akan lebih committed untuk bertindak ketika mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang relevan. Begitulah komitmen sosial dibangun dan dikembangkan. Kepemimpinan partisipatif bisa jadi palsu ketika pemimpin meminta pendapat untuk kemudian mengabaikannya karena ini mungkin saja mengakibatkan sinisme atau perasaan dikhianati.
TEORI MANAJEMEN/TRANSAKSIONAL
Teori ini berfokus pada peran supervisi, organisasi dan kinerja kelompok dengan dasar sistem rewards and punishments. Teori ini kerap dipakai dalam dunia bisnis: jika karyawan berhasil, mereka diberi insentif atau komisi; sebaliknya, jika gagal, mereka akan diperingatkan atau bahkan didenda.

Berdasarkan teori-teori kepemimpinan itu, dapatlah dimengerti beberapa model atau gaya kepemimpinan: otoritarian/otokratik, paternalistik/coaching, laissez-faire/free rein/lèlèh luwèh, karismatik, situasional/contingency, demokratik/partisipatif, transaksional, transformatif.

Categories: Reference

Tagged as: , , ,