Gaya Kepemimpinan

Ada beragam teori kepemimpinan yang menjadi minat psikologi dalam satu abad terakhir dengan pertanyaan: Apa persisnya yang membuat pemimpin berkualitas hebat? Apakah kepemimpinan ini perkara nature atau nurture? Apakah ini soal karakter atau kepribadian? Pertanyaan-pertanyaan riset itu memberikan beragam teori seturut pendekatan yang dijalankan.

GAYA OTOKRATIK/OTORITER
Pimpinan mengontrol segala keputusan, bahkan masukan kecil dari anggota kelompok.
Pemimpin menyediakan harapan yang jelas atas apa saja yang perlu diselesaikan, kapan harus diselesaikan, dan bagaimana harus diselesaikan.
Para pemimpin otoriter menjaga relasi profesional, tak memberi tempat pada relasi pribadi.
Mereka ini sangat peduli bahwa anggotanya siap dengan aneka persoalan, secara konstan menyediakan petunjuk dan instruksi.
Mereka memiliki otoritas penuh dan memaksakan kehendak mereka kepada anggota kelompoknya dan tak seorang pun menentang keputusan pemimpin otokratik.
Ungkapan kuncinya: Saya mengarahkan. Anda ikuti saja arahan saya.
Komunikasi berjalan satu arah dan dari atas ke bawah.
Kekuatan model kepemimpinan ini:
Sangat tepat dalam situasi mendesak sehingga tak ada waktu untuk diskusi.
Juga sangat cocok jika keamanan menjadi taruhannya.
Gaya kepemimpinan ini baik diterapkan dalam keadaan tenggat waktu yang tidak jelas tetapi juga tidak fleksibel.
Cocok untuk pekerjaan yang mesti diselesaikan dengan pemaksaan.

Kelemahan model kepemimpinan ini:
Menghambat atau mengekang kemunculan pemimpin masa depan dari dalam organisasi itu sendiri.
Cenderung memicu rasa takut dalam diri anggota, alih-alih rasa hormat atau segan yang sesungguhnya.
Bisa jadi memicu konflik jika anggota-anggota kelompoknya adalah ahli yang lebih baik dari pimpinannya.
GAYA PATERNAL/MATERNAL/COACHING
Pemimpin menjalankan fungsinya dengan berperilaku sebagai sosok ayah/ibu yang memperhatikan anak-anaknya.
Pemimpin memberi perhatian penuh kepada anggota-anggotanya dengan ungkapan kunci: Mari kuajari bagaimana kalian harus mengerjakannya.”
Pemimpin membimbing pengikutnya dengan memegang tangan mereka, memberi bantuan langsung; sebagai balasannya, ia menerima kepercayaan dan kesetiaan penuh dari pengikutnya.
Para pengikutnya berkomitmen bulat pada apa yang dipercayai pemimpin dan menjadi tergantung pada pemimpin.
Kekuatan:
Cocok untuk program magang atau mempersiapkan suksesi kepemimpinan.
Gaya ini berfokus pada kekuatan dan kelemahan individual setiap anggota kelompok.

Kelemahan:
Model kepemimpinan ini bisa memupus kerja independen di antara para anggota dan meningkatkan ketergantungan kepada pemimpin.
Gaya kepemimpinan ini rentang pada favoritisme dan nepotisme: sebagian mendapat privilese sebagai anak emas, yang lainnya merasa diabaikan.
Anggota kelompok cenderung tumbuh di bawah bayang-bayang pemimpin mereka.
Tidak cocok untuk kerja dengan tim dan organisasi massal.
GAYA LAISSEZ-FAIRE ATAU FREE REIN

Model ini memberi segala hak dan kekuasaan kepada anggota untuk mengambil keputusan.
Kadang digambarkan sebagai gaya ‘lepas tangan’ karena pemimpinnya mendelegasikan tugas kepada bawahannya tanpa menyediakan petunjuk apa-apa atau petunjuknya sedikit sekali atau terlalu umum.
Ungkapan kuncinya: “Aku akan memberi kalian setiap perlengkapan dan otonomi dan kalianlah yang melaksanakannya.”
Model ini mengandaikan bawahan atau anggota atau karyawan memiliki motivasi diri yang tinggi untuk bekerja di bawah kepemimpinan ‘free rein’ ini.
Kekuatan model kepemimpinan ini:
Cocok untuk kelompok yang anggota-anggotanya punya banyak pengalaman dan sudah terlatih sehingga tidak lagi memerlukan supervisi.
Model ini memberi peluang yang sangat besar pada otonomi dan kebebasan anggota kelompok.

Kelemahan model kepemimpinan ini:
Anggota kelompok merasa insecure pada saat pemimpin berhalangan atau tak tersedia.
Pimpinan tidak menyampaikan masukan atau feedback kepada anggota secara rutin dan relasi pimpinan dan anggotanya tidak konsisten.
Jika pemimpin terlalu sering unavailable, kadang bisa berakibat memburuknya produktivitas, ikatan kelompok, dan kepuasan akan kinerja atau layanan.
Gaya kepemimpinan ini tidak memberikan upaya kepemimpinan atau supervisi dari manajer, yang pada gilirannya mengarah pada produksi yang minim kualitas dan/atau kuantitas, kurang kontrol, dan parahnya lagi menambah biaya yang tidak diperlukan.
MODEL KARISMATIK

Pemimpin memengaruhi orang lain lewat kekuatan kepribadiannya.
Sang pemimpin bertindak dengan sangat enerjik, memotivasi orang lain untuk bergerak maju.
Gaya kepemimpinan ini menginspirasikan passion bagi pengikutnya.
Pemimpin memancarkan pesona memikat yang menghubungkannya dengan anggota-anggotanya dan menggerakkan mereka untuk mencapai tujuan.
Keterlibatan emosional dalam gaya kepemimpinan ini sangat tinggi.
Para pemimpin dengan mudah menarik orang dan menggunakan kekuatan mereka untuk membangun relasi personal yang langgeng.
Kekuatan model kepemimpinan ini:
Pemimpinnya dapat menginspirasi orang untuk bertindak dan bergerak mencapai tujuan.
Pemimpin model ini dikenal lebih mudah didekati dan lebih bersahabat daripada pemimpin model lain.

Kelemahan gaya kepemimpinan in:
Bisa menciptakan risiko bahwa suatu proyek kerja atau kelompok akan mangkrak jika pemimpinnya pergi atau berganti.
Kelompok dalam gaya kepemimpinan ini bisa kehilangan detal teknis/praktis yang lebih baik karena fokusnya lebih tertuju pada kehangatan relasi manusiawi.
Tipe kepemimpinan ini bisa jadi kendaraan untuk promosi diri dan pemujaan kepribadian tertentu, kultus individu.
MODEL SITUASIONAL/CONTINGENCY
Situasi menjadi landasan kemunculan tipe kepemimpinan seperti ini.
Gaya kepemimpinan ini meyakini bahwa kepemimpinan yang efektif menuntut pemahaman rasional terhadap situasi dan tanggapan yang tepat terhadapnya.
Karena itu, model pemimpin ini bergantung pada situasi, kemampuan anggota dan si pemimpin.
Kekuatan gaya kepemimpinan ini:
Cocok untuk keadaan darurat atau mendesak.
Dalam situasi seperti itu, potensi batin dan laten para pemimpin dapat muncul ke permukaan.

Kelemahan model kepemimpinan ini:
Terlihat sementara saja sifatnya, bisa berjalan selama situasinya menuntut begitu.
Model kepemimpinan ini mengandaikan sosok ‘penyelamat’ dalam kelompok.
MODEL PARTISIPATIF/DEMOKRATIS
Gaya demokrasi meyakini bahwa setiap orang, sebagai manusia yang utuh, harus berperan dalam keputusan bersama.
Model partisipatif ini menghargai masukan dari anggota meskipun tanggung jawab akhir tetap berada di tangan pemimpin.
Kepemimpinan partisipatif meningkatkan mental anggotanya karena mereka memberikan kontribusi pada proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan ini mendorong adanya diskusi, debat, dan sharing gagasan serta mendorong orang gembira atas keterlibatan mereka.
Kekuatan gaya kepemimpinan ini:
Ini adalah salah satu model yang sangat efektif dan menciptakan produktivitas yang lebih tinggi, kontribusi yang lebih baik dari anggota kelompok dan pengembangan mental kelompok.
Hal ini dapat menghasilkan ide-ide yang lebih baik dan solusi masalah yang lebih kreatif karena anggota kelompok didorong untuk berbagi pemikiran dan ide-ide mereka.
Gaya ini membuat anggota merasakan diri sebagai bagian tak terpisahkan dari grup (sense of belonging).
Anggota kelompok model ini juga merasa dihormati. Model kepemimpinan ini paling pas dalam kelompok yang anggotanya memang punya keterampilan dan bersemangat untuk berbagi pengetahuan atau wawasan.


Kelemahan model kepemimpinan ini:
Gaya kepemimpinan ini membutuhkan waktu dan menuntut kesabaran.
Karena itu, model ini akan cukup tertantang ketika dibutuhkan pengambilan keputusan dalam waktu singkat.
Terkadang peran kepemimpinan tercampur aduk: siapa menjalankan apa, malah membingungkan juga.
MODEL TRANSAKSIONAL

Fokusnya: memotivasi anggota melalui sistem penghargaan dan hukuman (rewards and punishments).
Tujuannya: penyelesaian tugas-tugas tertentu yang akan dilakukan dan memberikan penghargaan atau hukuman kepada anggota tim berdasarkan hasil kinerja.
Para pemimpin berusaha meningkatkan efisiensi rutinitas dan prosedur yang ditetapkan. Mereka lebih mementingkan ikut aturan yang ada daripada membuat perubahan pada organisasi.
Gaya ini menuntut pengawasan atau supervisi ketat.
Kadang-kadang disebut Kepemimpinan Manajemen karena berkonsentrasi pada tujuan organisasi daripada orang yang melakukannya. Pusatnya ada pada pekerjaan atau bisnis dan kurang berorientasi pada orang.
Kekuatan model kepemimpinan ini:
Sangat membantu organisasi karena pekerjaan yang terencana akan dapat dituntaskan dengan baik.
Orientasi penghargaan dan hukuman membuat pekerjaan terselesaikan sesuai rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.


Kelemahan model kepemimpinan ini:
Kebutuhan psikologis dasar para anggotanya tak terpenuhi karena mereka diperlakukan melulu sebagai pelaksana pekerjaan.
Pada tahap tertentu, anggota yang bergumul dengan persoalan pribadi dan membutuhkan penyegaran akan kehilangan motivasi sehingga sense of belonging dapat menyusut.
MODEL TRANSFORMASIONAL

Diintroduksi oleh James MacGregor Burns: “Pemimpin dan anggota kelompok saling membantu untuk maju ke tingkat mental dan motivasi yang lebih tinggi”. Menurut Burns, distingsi antara manajemen dan kepemimpinan terletak pada karakteristik dan perilaku.
Dalam gaya transformatif, pemimpin bertugas mengidentifikasi perubahan yang diperlukan, menciptakan visi perubahan melalui inspirasi, dan melakukan perubahan dengan anggota dalam kelompok yang memiliki komitmen akan perubahan itu.
Maka, sasaran utamanya ialah mengubah atau melakukan transformasi terhadap kebutuhan diri dan anggotanya dan mereorientasi pemikiran mereka.
Melalui kekuatan visi dan kepribadian, pemimpin ini mampu menginspirasi anggota untuk mengubah harapan, persepsi, dan motivasi untuk bekerja demi tujuan bersama. Maka, pemimpin menantang dan menginspirasi anggota dengan sense of purpose. Bisa terjadi pemimpin ini:
mengangkat motivasi dan kinerja anggotanya lewat beragam mekanisme
menantang mereka dengan mengintroduksi cara baru melakukan suatu pekerjaan
menciptakan iklim etis (nilai bersama, standar etik yang tinggi), mengajak anggota melihat kebaikan bersama yang mengatasi self-interest
– mempromosikan kolaborasi dan harmoni
– menggunakan persuasi secara rasional
– menyediakan pelatihan atau mentor individu
– memberi kebebasan anggota untuk menentukan pilihan.
EMPAT UNSUR MODEL KEPEMIMPINAN INI:
  1. Pengaruh Ideal
  2. Pemimpin berfungsi sebagai role model yang ideal bagi pengikutnya karena dia teruji sebagai pribadi yang walks the talks.
  3. Motivasi Inspiratif
  4. Pemimpin mampu menginspirasi dan memotivasi para anggotanya. Dua unsur pertama ini (inspirasi ideal) membangun karisma pemimpin.
  5. Pertimbangan Individual
  6. Cura personalis: pemimpin menunjukkan perhatian autentik terhadap kebutuhan dan perasaan anggotanya. Perhatian pribadi terhadap setiap anggota adalah elemen kunci untuk membuat mereka mengusahakan yang terbaik.
  7. Stimulasi Intelektual
  8. Pemimpin model ini bukan pemimpin yang lembek, tetapi terus menantang anggotanya supaya lebih inovatif dan kreatif.
Bukti penelitian secara jelas menunjukkan bahwa kelompok yang dipimpin oleh pemimpin transformatif memiliki tingkat kinerja dan kepuasan yang lebih tinggi daripada kelompok yang dipimpin oleh jenis pemimpin lainnya.

Mengapa?
Karena pemimpin transformatif memiliki harapan positif bagi anggota, percaya bahwa mereka dapat melakukan yang terbaik. Akibatnya, mereka menginspirasi, memberdayakan, dan merangsang anggotanya untuk melampaui tingkat kinerja normal.
Selain itu, para pemimpin transformatif fokus dan peduli terhadap anggota serta kebutuhan dan perkembangan pribadi mereka.

Berdasarkan model-model kepemimpinan itu, dengan asumsi kepemimpinan transformasional sebagai opsi terbaik, silakan Anda menilai diri seberapa transformatif diri Anda (menilik empat unsur transformatif):

  1. Saya tidak akan pernah meminta orang lain untuk melakukan sesuatu yang saya sendiri tidak akan mau melakukanya.
  2. Anggota saya akan mengatakan bahwa mereka tahu apa yang saya perjuangkan.
  3. Menginspirasi orang lain bukanlah sesuatu yang sulit bagi saya.
  4. Anggota saya memberi tahu saya bahwa antusiasme dan energi positif saya menular.
  5. Anggota saya akan mengatakan bahwa saya sangat memperhatikan kebutuhan dan kekhawatiran mereka.
  6. Meskipun dengan mudah saya dapat melakukan pekerjaan sendiri, saya mendelegasikannya untuk mengembangkan keterampilan anggota saya.
  7. Kreativitas dan inovasi tim adalah kunci sukses.
  8. Saya mendorong anggota untuk mempertanyakan cara berpikir mereka yang paling mendasar.