Status Quo

Published by

on

Di awal minggu lalu saya terbahak-bahak menatap tulisan di belakang bak sebuah truk: “Tetaplah tampak penting, meskipun tak berguna”
Mungkin nih ya, nasihat seperti itu berlaku sejak zaman purba. Kisah teks Injil hari ini menyiratkan sekelompok orang yang sekian lama menjalankan kegiatan yang ‘tampak penting, meskipun tak berguna’. Kok bisa kegiatan agama di tempat ibadat dibilang ‘tampak penting, meskipun tak berguna’?

Soalnya nganu, di tempat ibadat itu jebulnya ada orang kerasukan roh jahat juga. Kalau di tempat yang mestinya suci malah ada orang kerasukan roh jahat, njuk apa gunanya dong ibadat itu? Bukan jadi bagian pemecahan masalah, malah jadi bagian masalahnya sendiri!

Akan tetapi, mari kita simak baik-baik bagaimana roh jahat itu bekerja. Dalam kisah Markus itu ditunjukkan bahwa biasanya ahli Taurat memberikan pengajaran yang biasa-biasa saja, dan itu dianggap penting. Akan tetapi saking dianggap pentingnya, bahkan roh jahat yang ada di sinagoga itu tak bereaksi apa-apa karena toh pengajaran itu gitu-gitu aja, bikin hidup mengalir gitu aja, yang kere ya tetap kere, yang punya kuasa ya tetap punya kuasa, yang tersingkir ya tetap disingkiri, yang najis ya tak punya jalan keluar, dan seterusnya.

Jadi, ya terserahlah mereka itu mau mengajar bagaimana, pokoknya status quo jalan terus, tertib, tak ada gejolak, Roh jahatnya santai-santai saja, karena toh orang-orangnya sudah tahu sama tahu: tak berguna gapapa yang penting itu kelihatan penting!

Celakanya, sewaktu Yesus mengajar, kok sepertinya ada yang berbeda karena dia mengajar tidak seperti para ahli Taurat mengajar. Persisnya bagaimana ya mboh, tetapi kalau nasihat tadi bisa diterima sebagai penjelasan, berarti Yesus itu tidak asal ‘tampak penting’ tetapi juga migunani alias bermanfaat bagi kepentingan banyak orang yang jelas menentang status quo. Tak mengherankan, roh jahat yang sudah adem ayem itu berteriak keras melawan sosok yang mengusik kenyamanannya.

Kerennya, Yesus tidak memakai mantra atau rumusan tertentu. Ia tinggal omong saja ke roh jahat itu: diam! Yesus tidak memakai nama Allah apalagi demi Tutatis untuk mengusir roh jahat: pribadinya sendiri sudah dengan sendirinya bikin roh jahat tidak krasan. Roh jahat senang sekali kalau orang melanggengkan struktur kekuasaan yang diam-diam menindas orang, jelas-jelas membuat orang mengalami dehumanisasi: cuma bisa mengemis, mengandalkan bansos dan hutang, minta gratisan ini itu, dan seterusnya. Itu semua tampak penting, tetapi sesungguhnya tak berguna selain untuk melanggengkan status quo.

Barangkali, jika hidup orang tak mengalami perubahan meskipun sudah bolak-balik berdoa, beribadat, mengikuti petunyuk agama, dan seterusnya, yang didengarkannya saat beribadat itu hanyalah egonya sendiri, dan bukan kehendak Allah yang sesungguhnya. Maklum, kehendak Allah memang bukan bias status quo, lebih dinamis sifatnya karena bergantung pada proses dan konteks hidup manusianya juga.

Tuhan, mohon rahmat kekuatan supaya kami mampu menyenangkan-Mu lebih daripada menyenangkan kelompok status quo kami. Amin.


HARI MINGGU BIASA IV B/2
28 Januari 2024

Ul 18,15-20
1Kor 7,32-35
Mrk 1,21-28

Posting 2021: Diam Saja
Posting 2018: Ayo Caci Piring
Posting 2015: Ngotot tapi Santai… Piye Jal?

Previous Post
Next Post