Hal di luar kebiasaan memang senantiasa mengundang reaksi keras, apalagi jika halnya berkenaan dengan keadaan mental. Tak mengherankan kalau ada pemimpin yang menyerukan revolusi mental, reaksi keras akan terus mengintai. Manifestasinya bisa macam-macam seturut sentimen SARA yang bisa dipakai untuk mengacaukan hidup. Dalam urusan internal agama, bisa juga revolusi mental itu mengundang protes dan ujungnya disintegrasi. Biar ada gambaran sedikit: Konsili Vatikan II pada tahun 60-an itu rupanya diam-diam juga menyimpan perseteruan antara mereka yang melihat kemungkinan baru dan mereka yang nostalgianya kuat. Tidak mudah bergerak dari Gereja model hirarki ke model yang lebih egaliter.
Hal yang disampaikan Guru dari Nazareth dalam teks bacaan hari ini rupanya merepresentasikan suatu revolusi mental juga. Tidak ada detail apa yang dikatakannya, tetapi cara beliau mengatakan rupanya berbeda dengan cara pengajaran ahli-ahli Taurat. Saya hanya bisa berspekulasi bahwa yang disampaikan Guru dari Nazareth ini mestilah berkenaan dengan cara berpikir mengenai Allah yang mereka imani, suatu paham Allah yang baru. Allahnya ya tetap, cuma cara memahaminya yang berbeda, dan perbedaan ini memukai orang yang mendapat pengajaran.
Taurat kiranya berkaitan erat dengan hukum dan paham Allah yang disodorkan di situ kira-kira juga berhubungan dengan hukum. Kalau manusia tak taat, Tuhan murka. Kalau manusia baik, Tuhan kasih hadiah. Begitu terus yang diajarkan ahli-ahli Taurat; variasinya hanya terletak pada bentuk hukuman atau ganjaran. Guru dari Nazareth mewartakan paham Allah yang baru, yang tidak sekadar mengandalkan hukum balas dendam atau reward-punishment. Allah yang memerdekakan orang untuk memilih mental kehidupan, daripada mentalitas kebinatangan.
Minggu lalu disinggung bagaimana Guru ini memanggil murid-muridnya dari dunia danau untuk menjala dunia manusia. Hari ini mulailah beliau mengajar mengenai dunia kehidupan manusia itu, dan jebulnya selain orang kagum, ada orang yang kerasukan roh jahat dan berteriak-teriak hendak mengacau (meskipun yang diteriakkannya ya ada benarnya). Roh jahat ini tak perlu dimengerti sebagai hantu atau arwah gentayangan, tetapi pertama-tama adalah kompleks gerakan batin yang orientasi dasarnya adalah mengembalikan mentalitas dunia binatang, mengacaukan tatanan yang kondusif bagi Kerajaan Allah.
Betapa cerdas roh jahat ini. Dia meneriakkan label ampuh, yang justru bisa bikin asumsi orang dengan mentalitas lama semakin getol dengan kultur kekuasaan dan kematian. Guru dari Nazareth memintanya diam, dan akhirnya kekuatan negatif ini ngeloyor pergi. Mungkin lebih baik diam daripada ngegosip ya?🤭
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan supaya kata dan tindakan kami lebih sesuai dengan mentalitas baru yang membela kehidupan. Amin.
HARI MINGGU BIASA IV B/1
31 Januari 2021
Ul 18,15-20
1Kor 7,32-35
Mrk 1,21-28
Posting 2018: Ayo Caci Piring
Posting 2015: Ngotot tapi Santai… Piye Jal?
Categories: Daily Reflection