Kudeta Legion

Pagi ini saya mendengar kabar dari negeri tetangga bahwa sedang terjadi kekisruhan; petinggi negara ditangkap, jaringan telpon mati, bandara ditutup. Terjadi kudeta oleh legiun militer. Ndelalahnya, teks bacaan hari ini menyinggung soal legiun, tapi yang dikudeta legiun ini adalah pemilik gerombolan babi, dan bersama babi-babi itu, legiun ini binasa.

Kisah itu sendiri sudah cukup bicara bagi saya bahwa roh jahat pada zaman now (tapi juga zaman dulu dan zaman yang akan datang sih) tidak bisa direduksi pada objek eksorsisme yang kadang malah jadi konsumsi dunia entertainment. Jauh lebih luas dari itu, sebagaimana roh yang dikatakan dalam bacaan hari ini bernama Legion, yang justru merujuk pada banyaknya roh jahat. Saking banyaknya, wujudnya juga bisa beragam, tetapi arah dasarnya sama: melakukan kudeta dan berujung pada kultur kematian.

Apakah roh jahat itu punah bersama babi-babi ya? Sepertinya tidak; masih ada yang tinggal menyelinap di tempat lain: warga dan pemilik gerombolan babi yang hijrah ke danau sampai mati. Alih-alih bersyukur atas tetangga mereka yang terbebaskan dari kuasa roh jahat, mereka meratapi kerugian ekonomis. Alih-alih menyambut Guru dari Nazareth yang membebaskan warga mereka dari kuasa gelap, mereka malah memintanya pergi dari wilayah mereka. Abis gimana ya, menerima pewartaan Guru dari Nazareth ini memang bisa menghancurkan kelekatan diri pada kefanaan.

Saya ingin berdoa bagi keluarga-keluarga zaman now, semoga kasih sayang dalam keluarga tak dikudeta oleh legiun kekerasan dan kekuasaan sehingga anggota-anggotanya terjauhkan dari godaan untuk mengikuti kultur kematian: putus harapan, dendam, sulit memaafkan, tak mau mendengarkan, memaksakan kehendak diri, dan seterusnya. Semoga dalam masa sulit ini, dalam keluarga semakin tumbuh ketekunan dalam keutamaan, kesabaran, pengertian untuk menanamkan benih kultur kehidupan. Amin.


SENIN BIASA IV B/1
1 Februari 2021

Ibr 11,32-40
Mrk 5,1-20

Posting 2019: Agama Kok Pesimis
Posting 2017: Penistaan Babi