Hari pertama kualifikasi Natal kiranya bisa dibahas dengan simbol ‘tarik tunai’. Kemarin saya umpamakan masa Adven sebagai masa kualifikasi yang di dalamnya orang mesti berupaya keras mengeluarkan daya upayanya secara kreatif untuk memaknai hidup. Upaya dalam kualifikasi itu memuat godaan untuk pemuliaan diri dan dengannya orang beranggapan bahwa upaya kerasnya layak dihargai dan mendapat ganjaran setimpal. Jika orang menikmati godaan itu, lama kelamaan ia akan menghidupi masa kualifikasi dengan mentalitas ‘tarik tunai’: kan udah nambah saldo, jadi bisa dong tarik tunai.
Narasi teks bacaan hari ini menunjukkan mentalitas sebaliknya. Bisa dibilang perwira Romawi tak punya saldo apa pun: bukan orang Yahudi, tidak punya kepercayaan pada Allah YME, hidupnya hanya ikut garis komando, juga komando untuk mengeksploitasi rakyat, dan seterusnya. Akan tetapi, bela rasanya terhadap hambanya nan lemah membuka peluang untuk mengajukan permohonan: bukan karena ia pantas mengajukan permohonan, melainkan bahwa nasib hambanya nan lemah itu hanya bisa dipasrahkan pada sosok yang dipercayainya.
Masa kualifikasi Piala Dunia memang masa untuk mempersiapkan segala sesuatu supaya kelak layak tampil di ajang bergengsi internasional. Di situ bolehlah mentalitas tarik tunai dipakai. Ada benarnya juga: no pain no gain. Akan tetapi, masa kualifikasi Natal tidak bisa dibangun dengan mentalitas tarik tunai karena, seperti perwira Romawi itu, manusia pada dasarnya tak punya saldo; mungkin malah minus.
Kalau begitu, barangkali cara yang lebih klop untuk kualifikasi Natal ialah, seperti perwira Romawi tadi, menyuarakan kepentingan kaum lemah, yang saking lemahnya tak bisa bersuara sendiri, supaya keadilan Allah dapat dinyatakan dalam hidup bersama.
Tuhan, mohon rahmat supaya kami mampu menyuarakan keadilan-Mu bagi sesama. Amin.
SENIN ADVEN I
2 Desember 2019
Yes 2,1-5 / Yes 4,2-6
Mat 8,5-11
Posting 2017: Kata Bertuah
Posting 2016: Senjata Cinta
Posting 2014: Kamu Sakit Apa?
