Fragile

Published by

on

Tanpa ikut kursus atau seminar, sejauh menyimak baik-baik, Anda dan saya bisa mengerti bahwa cinta, pada dimensi tertentu membuat orang jadi fragile, rapuh, rentan, dan akibatnya jadi sableng dan tanpa logika. Begitu juga kata Agnes Monica. Mungkin lebih tepatnya, cinta itu punya logikanya sendiri yang tak tertangkap oleh logika umum. Ini berlaku juga bukan hanya untuk cinta manusia, melainkan juga Cinta Ilahi, yang begitu sempurna, ketika masuk dalam hidup manusia yang fragile itu. Dia juga masuk dalam kerapuhan tanpa kehilangan kesempurnaan-Nya. Piye jal mau melogiskannya?

Tak mengherankan, ketika Cinta itu diterjemahkan dalam hukum manusia, bahkan meskipun diberi atribut ilahi, hasilnya bisa jadi bahan perdebatan. Anda dan saya bisa saja terjebak dalam debat kusir untuk menentukan dalil apakah orang boleh berdoa sambil makan atau makan sambil berdoa. Anda bisa pakai teologi ini atau itu, padahal bisa jadi perkaranya cuma kebisingan, ketidakseragaman, kebersihan, dan seterusnya.

Seorang Paulus dari Prancis menengarai bahwa seluruh hukum pada dasarnya diawali dengan niat untuk menyatakan “engkau dikasihi” yang kemudian diikuti dengan “engkau seyogyanya mengasihi.” Yang pertama adalah pondasinya. Yang kedua pemenuhannya. Mereka yang melepaskan hukum dari pondasi ini akan memberhalakan lawan kehidupan, yaitu kultur kematian.

Santa Agnes, yang diperingati Gereja Katolik hari ini, gadis berumur 12 tahun, mati ditebas pedang karena melakukan pembangkangan terhadap kultus kaisar. Yang dilawannya bukan pribadi kaisar, melainkan kultus yang menyodorkan kuasa korup yang hanya mengandalkan kekuatan dan bertentangan dengan Kebenaran (lha manusia kok berlagak penguasa semesta nan lalim). Pedang ditebaskan oleh penguasa yang melepaskan pondasi hukum dari dalil yang disodorkan Paulus tadi.

Kematian Agnes menaburkan benih kehidupan: keberanian untuk mempertahankan martabat manusia di hadapan kesewenang-wenangan kekuasaan nan korup. Percayalah, juga pada masa sekarang ini, di negeri Kokononohaha, tindakan revolusioner hanyalah perkara mengungkap fakta yang benar. Artinya, kalau Anda di bawah ancaman moncong senjata, persekusi, jabatan, ketika Anda hendak mewartakan apa yang sebenarnya terjadi, sangat mungkin Anda berada dalam jalur yang benar. Ini bukannya tanpa preseden, Orde Baru sudah lama begitu. Nah, apakah Anda mau jadi seperti Santa Agnes, hanya Anda dan Tuhan yang Anda percayailah yang bisa menjawabnya.

Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan dan kekuatan untuk mewartakan Hukum Cinta-Mu. Amin.


SELASA BIASA II C/1
21 Januari 2025

Ibr 6,10-20
Mrk 2,23-28

Posting 2021: Relasi
Posting 2019: RIP Tuhan 
Posting 2017: Overdosis Agama

Posting 2015: Optimis Tanpa Harapan, Jadi Apa?

Previous Post
Next Post