Jika di dunia ini ada kaidah fraktal, yaitu pola berulang dalam skala yang berbeda-beda [misalnya pohon cemara yang secara keseluruhan berbentuk segitiga itu terdiri dari dahan, daun, ranting segitiga], apa yang dibuat Yesus dari Nazareth atau nabi-nabi lainnya di dunia ini bisa juga Anda buat.
Loh, mana mungkin, Rom? Saya tidak bisa menyembuhkan penyakit atau mengusir setan!
Siapa bilang? Dari mana Anda tahu bahwa orang lain yang berjumpa dengan Anda dalam beberapa detik bisa mengalami kegembiraan dan ia bisa move on dari masa gelapnya? Bisa jadi, perjumpaan mereka dengan Anda, yang mungkin bahkan tidak Anda perhitungkan sama sekali, memberi dampak besar bagi hidup mereka [tentu, dampak itu bisa positif atau negatif, bergantung sudut pandangnya juga].
Oke, Rom, tapi gimana dengan berjalan di atas air? Saya tidak bisa seperti Yesus yang bisa berjalan di atas air!
Lah, kalau Anda bisa berenang, ngapain juga Anda mesti berjalan di atas air? Anda bahkan sekarang bisa naik pesawat terbang di atas air, Yesus gak isa!
Iya, Mo, tapi persoalannya bukan untuk apa berjalan di atas air, melainkan bahwa saya tidak bisa berjalan di atas air seperti Yesus!
Betul sih, tapi sudahlah, maksud saya dengan fraktal tadi bahwa yang terjadi dalam dunia mikro kita bisa terjadi juga dalam dunia makro.
Narasi panggilan murid-murid Yesus dalam teks bacaan hari ini menunjukkan dimensi fraktal itu: Yesus naik ke bukit lalu turun dan memilih murid-muridnya. Itu kan tidak perlu diterima sebagai laporan bahwa Yesus naik ke bukit tertentu njuk turun-turun langsung milih murid. Bisa jadi poinnya ‘cuma’ bahwa Yesus menyendiri, berdoa, yang memang secara tradisional digambarkan tempatnya di lokasi yang tinggi. Lalu, pemilihan murid juga tak perlu ditangkap seakan-akan Yesus turun dan mak cling 12 murid itu nongol di depannya.
Narasi teks bacaan ini kiranya mengundang Anda dan saya untuk membangun pola fraktal itu: berdoa, artinya membangun lingkaran persahabatan dengan Allah, dan lingkaran itu diperluas ke aneka macam ring, tidak harus ring perkawinan atau keluarga, tetapi segala ring yang memungkinkan kekuatan Allah itu memancar ke segala penjuru. Dalam banyak kasus, persahabatan antarmanusia bergantung pada persahabatan dengan Allah. Tanpa koneksi seperti itu, biasanya orang jadi naif dan pasti tertipunya. Yang barangkali Anda dan saya belum fasih adalah konektor yang dibangun Yesus bersama orang-orang di sekelilingnya.
Semoga Anda dan saya punya konektor itu dan tidak perlu sampai masuk ke forum rektor yang katanya yakin kalau kampus dapat konsesi pengelolaan tambang njuk uang kuliah bisa turun. Apakah Anda tidak ikut tertawa bersama saya mendengar pernyataan macam begitu?
Tuhan, jadikanlah hati dan budi kami semakin terbuka pada persahabatan dengan-Mu dan sesama. Amin.
JUMAT BIASA II C/1
24 Januari 2025
Posting 2021: Konektor
Posting 2017: Sukurin!!!
Posting 2015: Penangkal Selingkuh
