Oplos

Published by

on

Para founders negeri ini berjuang mati-matian mengoplos sebuah bangsa majemuk dalam satu negara kesatuan, dan sebagian penerusnya, beserta followersnya, memanfaatkan oplosan itu untuk kepentingan crewnya dengan tameng NKRI harga mati. NKRI memang berisiko besar dimanfaatkan segelintir tikus dalam moncong garuda, dan rakyat jelantah hanya bisa terpana dengan mulut menganga, baik karena lapar maupun tak berkutik di hadapan durjana.

Kebanyakan pembaca teks bacaan utama hari ini menangkap perkaranya sebagai urusan perceraian. Teks ini kerap dipakai juga untuk ibadat perkawinan Kristen/Katolik. Harapannya, pendeta atau pastornya meneguhkan calon manten supaya tidak bercerai karena apa yang dipersatukan Allah ya janganlah diceraikan manusia. Saya sendiri sering mbatin Lu tau dari mana dipersatukan Allah?” Tapi ini hanya isi batin saya, yang curiga bahwa orang cenderung mencari dirinya sendiri daripada mencari Allah, Anda tak perlu merisaukannya.

Yang perlu Anda risaukan sekarang ialah soal membangun trust kepada pemegang kekuasaan yang terbebani oleh aneka kontrak dan biaya yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek baik yang diklaim strategis maupun tak strategis NKRI. Sejak zaman reformasi, niat itu hanya ditanggapi setengah hati karena orang punya tendensi cari selamat sendiri-sendiri, seakan tak pernah baca dan tak punya literasi tentang Robohnya Surau Kami.

Jawaban Yesus terhadap pertanyaan mengenai boleh tidaknya perceraian itu membongkar praktik individualis bangsa Yahudi yang memperlakukan institusi perkawinan sebagai kontrak sosial, bukan seperti dipaparkan Jean-Jacques Rousseau, melainkan sebagai jalan oportunis laki-laki untuk menggapai ambisi pribadinya yang membuat perempuan sungguh rentan. Tak mengherankan, ketika ditanya balik apa yang dituliskan dalam Hukum Musa, orang-orang Farisi secara fasih menjawab bahwa Musa mengizinkan perceraian dengan surat cerai. Mereka tak melihat surat cerai sebagai proteksi terhadap pihak yang berposisi lemah, tetapi pokoknya boleh cerai!

Bisa jadi dengan modal pokoknya itulah bangsa ini dikelola: pokoknya NKRI, pokoknya gak ada oplosan, pokoknya jadi Proyek Strategis Nasional, pokoknya ketahanan pangan, stok tersedia, uang ada, tapi bagaimana NKRI, tiadanya oplosan, PSN, ketahanan pangan, adanya uang itu tidak diselisik dengan etika selain etika ndhasmu. Syukurlah, di sana-sini masih ada orang muda yang bergerak dari bawah, entah untuk berdemo menyuarakan nurani atau bertani dengan konsep agroindustri.

Semoga oplosan jenis ini membawa harapan tanpa tunggu 2050. Amin.


JUMAT BIASA VII C/1
28 Februari 2025

Sir 6,5-17
Mrk 10,1-12

Posting 2019: Anda Waras Tanda Tanya
Posting 2017: Sahabat Setia

Previous Post
Next Post