Logika

Published by

on

Sebagian keraguan mengantar orang pada kepastian dan sebagian kepastian justru meragukan. Sebagian orang tidak mau masuk dalam paradoks seperti ini dan dua ekstrem menampungnya. Pertama, hidupnya tidak pernah bersentuhan dengan kepastian. Segala-galanya ditentukan oleh iman. Kedua, sebaliknya, semuanya serba pasti dan tidak ada lagi relevansi iman. Sains adalah segala-galanya.

Iman yang baik, saya kira, memberi tempat pada keraguan tanpa jatuh pada pedoman yang meragukan. Anda dan saya dapat menemukan beberapa kasus ketika GPS yang mengandalkan presisi teknologi tinggi menyesatkan orang tetapi juga kita tidak bisa tutup mata pada akibat kenaifan tingkat dewa yang membuat kematian konyol berbasis ideologi alien yang tidak relate dengan hidup kekinian.

Liturgi Gereja Katolik hari ini merayakan Tubuh dan Darah Kristus yang barangkali oleh kebanyakan umat Katolik dilokalisasi pada roti bundar tipis yang terbuat dari gandum.
Ya bukan sembarang hosti, Mo, itu hanya yang sudah dikonsakrir oleh imam dalam perayaan Ekaristi.
Iya sih, dan itu semakin melokalisasi Tubuh dan Darah Kristus pada ritual tradisi religius tertentu. Dalam hal ini, itu adalah privilese Gereja Katolik. Saya meragukan privilese seperti ini. 
Kembali ke atas, sebagian keraguan mengantar orang pada kepastian, dan saya hendak menyodorkan kepastian mana yang saya peroleh.

Saya hendak mulai dari teks bacaan utama hari ini yang di kepala sebagian pembacanya diberi judul semacam “Yesus memberi makan lima ribu orang” atau “Mukjizat penggandaan roti” atau semacam “Copy paste hosti” dan sebagainya. Intinya, orang yang punya keyakinan bahwa Yesus ini makhluk supernatural menangkap teks itu sebagai kisah tentang seseorang yang bisa mencipta dari ketiadaan, kemampuan yang hanya dimiliki oleh Sang Pencipta. Jadi, kalau Dia mau, mengubah batu jadi roti pun tak ada soal!

Padahal, tidak ada bagian dari teks bacaan itu yang menyatakan bahwa Yesus memperbanyak roti, selain mungkin judul yang diletakkan pada perikop itu: Yesus memberi makan lima ribu orang.
Lha iya, tapi kan pemberian judul itu dasarnya logika dan kesesuaiannya dengan isi dong, Rom, tidak seperti posting Romo ini yang judulnya ke mana isinya ke mana!
Hahaha ya gak usah nyindir gitu dong. Kita perlu jeli terhadap tolok ukur ‘kesesuaian’ itu; jangan-jangan tolok ukurnya adalah asumsi atau prasangka sendiri. Maka, perlu lihat teksnya. Mosok teksnya cuma bilang “Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak” njuk disimpulkan bahwa roti itu dipecah-pecah lagi jadi kecil-kecil dan ketika dipegang para murid jadi besar lagi, dipecah-pecah dan seterusnya?

Ha ya gitu logika kalimatnya, Rom!
Begitulah yang Anda sebut logika karena Anda berprasangka bahwa teks perikop hari ini adalah reportase jurnalis! Anda pikir penulis teks ini wartawan tv swasta gitu po? Sudah, daripada ngalor-ngidul, lebih baik mari kita doakan supaya orang-orang zaman now masih bisa duduk berkelompok-kelompok bukan supaya saling bom, melainkan demi membuka peluang supaya ‘roti hidup’ itu bisa dibagikan sedemikian rupa sehingga semua makhluk berbahagia.
 Amin.


HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS C/1
22 Juni 2025

Kej 14,18-20
1Kor 11,23-26
Luk 9,11b-17

Posting 2022: Berkat Mudarat
Posting 2019: Agama Keledai

Posting 2016: Broken Bread

Previous Post
Next Post