NBG

Published by

on

Bertindak benar memang mahal harganya meskipun [atau justru karena?] tak mengundang cuan. Saking mahalnya, bahkan kaum oligark pun tak sanggup membelinya [tur ya piyé tukuné?] dan memilih beli tanah atau tambang atau pulau atau pantai atau apa lagi lah.
Negara, Rom?
Itu mah gak usah dibeli, suap aja aparatnya, nanti kan otomatis mereka menjual negara, wkwkwkwk.

Sakitnya tuh memang di sini, tetapi begitulah negara dijual: buat saja pengelolanya bancakan, nanti kan yang tanggung APBN juga. Untuk apa pajak dikumpulkan, lembaga keuangan dibangun kalau bukan untuk membayari proyek-proyek ‘tekor’ itu, kan?
Romo sinis amat.
Itu bukan sinis kali ya, Bang Sarkas.

Teks bacaan hari ini menggambarkan akhir jamuan makan yang tidak begitu nyaman karena yang diundang makan menyodorkan kritik dan yang dikritik juga tampak begitu sewot karena yang mereka undang itu ‘terlalu’ autentik. Semua orang tahu bahwa mereka membuat makam para nabi yang dibunuh oleh para pendahulu mereka sendiri. Suara nabi tak terdengar lagi, terbungkam makam mereka. Tak ada lagi nubuat yang merisaukan, membuat mereka risih, membuat mereka tidak nyaman. Dah betul, baik-baiklah kleyan para nabi diam di makam!

Itu mengapa, Anda jangan coba-coba menguak Kebenaran, apalagi kalau terhubung dengan Makam Berisi Genderuwo. Itu berbahaya sekali meskipun ribuan penikmatnya sudah kerasukan. Konon, itu toh cuma nol koma nol nol sekian persen. Jadi, tak usah risau. Itu semua genderuwo, bukan orang, dan ya itu tadi, bukan aparat negara.
Kalau Anda sungguh mau menguak Kebenaran, jangan berangkat dari atas. Yang top-down begitu biasanya sangat sarat kepentingan dengan kunci suap, korup, tukar guling atau proyek, dan seterusnya. Berangkat saja dari gerakan bottom-up semacam Nasi Bungkus Gratis gitu.

Tuhan, mohon rahmat kerendahhatian untuk mendengarkan kritik kenabian-Mu. Amin.


KAMIS BIASA XXVIII C/1
16 Oktober 2025

Rm 3,21-30
Luk 11,47-54

Kamis Biasa XXVIII C/1 2019: Ada Kehidupan Lain
Kamis Biasa XXVIII A/1 2017: Agama Post-Truth

Kamis Biasa XXVIII B/1 2015: Is Conscience Dead?

Previous Post
Next Post