Change The Way of Thinking

SENIN PRAPASKA III

2Raj 5,1-15a
Luk 4,24-30

Baik deklarasi Yesus maupun perkataan nabi Elisa mengalami nasib yang sama: dipaido (bahasa Jawa), tidak dipercaya. Bedanya, perkataan Elisa pada akhirnya dituruti oleh Naaman atas pertimbangan para bawahannya (yang susah aja orang mau melakukan demi kemajuan, mosok yang gampang gak mau?) Naaman tak lagi menuruti kegusarannya dan masuk dalam ambang kepercayaannya. Hasilnya, ia sembuh. Pernyataan misi Yesus (Luk 4,18-21) yang dideklarasikan di hadapan orang-orangnya sendiri dikagumi sebentar, tapi tak dipercayai. Akibatnya? Tak ada penyembuhan.

Sepintas memang mereka yang hadir di tempat ibadat itu kagum dengan kata-kata Yesus yang menyukakan hati, tetapi kekaguman itu semata terkait dengan kepentingan egoistik orang-orang terpandang di Nazaret itu: supaya Yesus menyembuhkan orang-orang kusta sehingga kota Nazaret tak terbebani oleh mereka. Ini sudah diantisipasi Yesus, bahkan Yesus sudah mencium ketidakpercayaan mereka juga karena dia hanyalah anak Yusuf, yang tidak mendapat pengajaran dari ahli-ahli setempat. Rupanya mereka tak terbuka pada kompetensi yang berasal dari luar kelompok mereka.

Yang membuat sulit pertobatan bukanlah aksi fisik seperti yang dibuat Naaman, melainkan pembongkaran paradigma. Orang-orang Nazaret tidak sungguh-sungguh mendengarkan pewartaan Yesus karena warta Yesus membongkar sistem berpikir yang sudah mapan, yang tidak kritis terhadap dirinya. Pertobatan justru mengandaikan kebebasan orang bahkan untuk mengkritisi cara berpikirnya sendiri. Orang yang tak bebas, tak bisa mengkritik dirinya sendiri.

Ya Tuhan, semoga kami berani keluar dari cangkang kenyamanan kami untuk melihat dunia sebagaimana Engkau memandangnya. Amin.

1 reply