It’s Hard to Listen…

HARI KAMIS PRAPASKA III

Yer 7,23-28
Luk 11,14-23

Mukjizat, keajaiban, peristiwa spektakuler selalu mengundang reaksi berdasarkan sudut pandang orang. Begitu pula pengusiran setan yang membisukan orang. Orang yang pada dasarnya menolak Yesus, menuduhnya sebagai sekongkolannya setan. Simpati pembaca tentu terganggu dengan reaksi seperti ini. Betapa tidak, orang berniat baik membantu mengusir kejahatan malah disebut bersekongkol dengan kejahatan. Ini menjengkelkan.

Peristiwa penyembuhan ini paralel dengan kisah pada Injil Matius 12,22-30. Yesus memberi ‘pembuktian umum’ mengenai misinya bahwa dia lebih kuat daripada setan. Artinya, pada saat kekuatan jahat itu diusir oleh kata-katanya, orang bisu pun seketika berbicara dan omongannya mencerminkan pujian kepada Allah. Ironisnya, mereka yang melihat hal ini justru bergerak ke arah lain: memuji setan, melihat kekuatan setan.

Begitulah keadaan menyedihkan dari pendosa yang tak (mau) bertobat: dalam hatinya, yang semestinya merupakan tempat Allah bersemayam, orang membangun istana setan dan ia menjadi anak-anak yang tidak taat kepada Allah. Ia menaati keinginannya sendiri, melayani kepentingannya sendiri. Orang ini merasa nyaman dengan jiwanya yang tak disusupi jiwa pertobatan: PD akan kebaikannya sendiri, membombong diri sendiri dan tak berupaya mendengarkan Sabda Allah. Tak pernah mau baca Kitab Suci karena menuntut orang mendengarkan… bacaan pertama menyodorkan modal pertobatan: dengarkanlah suara Allah, bukan suara yang lain…

 

1 reply