Nabi Elia ini seperti Mr. Bean, jatuh dari langit: gak jelas asal-usulnya sehingga orang Yahudi tergoda untuk menganggapnya sebagai malaikat yang dikirim dari surga. Tetapi rasul Yakobus menegaskan bahwa Elia adalah manusia biasa seperti kita (Yak 5,17). Elia menubuatkan kelaparan Israel (tiga setengah tahun tanpa embun sekalipun) dan selama masa kelaparan itu ia ‘bersembunyi’ di tempat yang tak tersentuh orang. Selama itu pula hidup Elia disokong oleh alam, air sungai dan catering istimewa yang dibawa burung gagak pagi dan sore. Selama itu Elia tidak muncul di hadapan publik, tetapi pada masa kelaparan itu ia justru dimandatkan tinggal di tepi sungai dekat Yordan, alias ia tidak kekurangan supply minuman untuk bertahan hidup. Ini adalah berkat luar biasa.
Kristus pun memulai wacananya dengan berkat. Tak sedikit orang berpikir bahwa berkat adalah kondisi yang bisa diperjuangkan, diusahakan dengan upaya-upaya manusiawi belaka: kekayaan, kehadiran anak, kesuksesan bisnis, dan sebagainya. Orang menyamakan berkat dengan suatu hasil dan membangun paham kebahagiaan yang keliru. Tak mengherankan, orang juga keliru mengambil jalan; mereka memilih delusi sendiri.
Kristus menyodorkan delapan sabda bahagia, yang tak lain ialah delapan karakter orang yang terberkati. Apa itu? Sumonggo dibaca dan direnungkan sendiri.
SENIN BIASA X A/2
9 Juni 2014
Categories: Daily Reflection
You must be logged in to post a comment.