Dormant God

Mengapa jauh lebih banyak orang tidak pikir mengenai Tuhan? Karena pada kenyataannya hidup sehari-hari ini tampak berjalan biasa begitu saja seturut hukum yang sudah tertanam dalam semesta. Matahari terbit di timur dan tenggelam di barat. Orang bekerja layak mendapatkan upah dan mereka yang tak bekerja tak mendapat makan. Intervensi Tuhan baru tampak justru kalau hukum semesta itu ‘terganggu’: pasien penyakit terminal sembuh tanpa campur tangan medis, benda rohani yang secara aneh tak tersentuh api yang menghanguskan rumah, misalnya. Jarangnya ‘gangguan’ itu membuat orang juga jarang berpikir mengenai Tuhan.

Pada masa-masa seperti itu Tuhan tampak seperti sedang tidur dan manusia beriman dituntut percaya bahwa Tuhan selalu hadir. Ketidakpercayaan akan kehadiran Allah yang tampak dormant ini kelihatan juga dalam kelengahan orang dalam menghayati iman: alih-alih mencari kehendak Allah, orang malah menggenggam aji mumpung. Mumpung Dia ‘tidur’, orang sibuk dengan kekuatan sendiri atau roh jahat mengejar kejayaan diri bahkan dengan menindas orang lain.

Allah tetaplah Allah bahkan pada saat Dia tampak tidur. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya, yaitu mereka yang terpanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah (Rom 8:28). Segala yang tampaknya tak terpahami itu memiliki tujuan yang sangat jelas: Cinta. Di jalan ke arah sana itu orang memang bisa bertanya: di manakah Engkau, Tuhan saat aku mengalami keguncangan dan kekacauan? Jawaban tersedia: Aku dekat denganmu, aku mengawasimu, aku senantiasa mencintaimu.

Itu mungkin mudah dipercaya jika orang sedang dalam keadaan makmur atau tenang dan lain soalnya kalau orang sedang dalam kesusahan dan guncangan.  

christ-sleeping-through-the-storm

SELASA BIASA XIII A/2
1 Juli 2014

Am 3,1-8;4,11-12
Mat 8,23-27

1 reply