Agama Konyol

Published by

on

Belum genap dua bulan Paus Fransiskus mengundang pimpinan Israel dan Palestina demi perdamaian dan kiranya para pemimpin itu sepakat akan hal ini; tetapi apa mau dikata, perang Israel-Palestina tetap berlangsung. Seseorang bahkan secara kreatif dengan lagu This Land is Mine menggambarkan perang dalam rentang sejarah panjang yang berujung pada malaikat kematian yang hidup sampai saat ini.

Kalau begitu, benarlah kata Kitab Suci bahwa Yesus datang bukan untuk membawa damai, melainkan perpecahan dan perpisahan!

Memang benar, tetapi alasannya bukan karena perang Israel Palestina terus berlangsung. Ya jelas dong, perang di sana sudah terjadi sebelum Kristus datang. Hawa perang yang terjadi sejak generasi Ishak dan Yakub itu mungkin memang memberi watak khusus pada bangsa Timur Tengah. Bukan hawa seperti ini yang dibawa Kristus.

Hawa apa yang dibawa-Nya?

Konteks bacaan Injil hari ini masih terhubung dengan nasihat Yesus untuk murid-murid yang diutus: sebagaimana Aku datang sebagai pedang untuk memisahkan, demikian pula kalian Kuutus dan akan menimbulkan pemisahan. Pewartaan kalian akan menjadi objek rasa sensi orang  banyak dan mungkin saja kalian di-unfriend, bahkan dimusuhi mereka!

Pewartaan macam apa itu kok sampai menimbulkan sensi tingkat tinggi? Nah, itu ada pada bacaan pertama: Allah muak dengan aneka ibadat rayuan kaum ‘agamis’. Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!

So? Pemisahan yang disebutkan Yesus bukanlah pemisahan atau peperangan karena agama. Adalah konyol jika murid Kristus berperang demi agama atau berupaya mewartakan agama (lebih konyol lagi mereka yang mengira perebutan kekuasaan politik adalah pembelaan agama!). Orang seperti ini hanya menghabiskan hidupnya untuk debat agama dan tak pernah sungguh-sungguh menghayati atau mendalami iman personalnya sendiri.

Tidak pernah sekalipun Yesus meminta para muridnya untuk mewartakan agama Yahudi, apalagi agama Kristen! Yesus meminta seluruh pengikutnya untuk merambatkan iman kepada Allah yang esa, dengan bantuan Roh Kudus, dalam pergumulan pencarian keadilan sosial! Jika agama diprioritaskan daripada dua pokok itu (iman dan keadilan sosial), agama itu menjadi agama konyol: kuantitas dianggap superior daripada kualitas, proselitisme jauh lebih dihargai daripada pembangunan Kerajaan Allah yang sesungguhnya bisa terwujud dalam kesejahteraan dan keadilan sosial!

Saya tidak ingin memeluk agama konyol. Tetapi, kalau jebulnya tidak ada agama konyol, sekurang-kurangnya saya tidak ingin memeluk agama secara konyol!


SENIN BIASA XV
Peringatan Wajib St. Benediktus Abas
14 Juli 2014

Yes 1,11-17
Mat 10,34-11,1

3 responses to “Agama Konyol”

  1. […] Yang lelah karena prihatin pada umumnya masih terbantu secara mental karena masih percaya pada kekuatan Allah yang lebih besar, bahkan meskipun nantinya presiden yang menentukan. Yang lelah karena munafik, menutup-nutupi kebenaran, kelihatan berat dengan konspirasi dosanya sehingga tampak dalam aneka slip of tongue, tetapi juga aneka ilmu berkelit yang semakin menyudutkan diri sendiri. Mereka tetap menjalankan perintah agama, tetapi ibadah dan ibadatnya itu adalah bagian dari upaya untuk memoles diri (maka disebut penghayatan agama konyol). […]

    Like

  2. […] Lebih ngeri lagi jika holocaust diperhitungkan sebagai bagian dari ‘ramalan’ itu dan sampai sekarang pun tempat itu masih menjadi situs kekerasan demi kekerasan. Ada sinyalemen bahwa lingkaran kekerasan itu sudah bergeser dari wilayah politik ke wilayah seteru agama. Nah, kalau sudah sampai situ, apa ya gak jadi agama konyol? […]

    Like

  3. […] Posting Tahun Lalu: Agama Konyol […]

    Like