Tuntutan Etis Privilese

Pernah lihat suster ikut perayaan misa bersama umat dan memasukkan uang untuk kolekte? Saya belum pernah melihatnya, tetapi saya bisa maklum karena suster-suster tidak punya uang pribadi. Akan tetapi, bisa jadi ada frater/romo yang punya uang saku pribadi sekian ratus ribu yang bisa jajan atau bahkan traktir teman-temannya makan di restoran, tetapi saat misa mingguan toh tidak juga memberikan uang untuk persembahan. Saya bisa mencarikan alasan untuk itu: (1) karena seluruh hidup mereka adalah persembahan (Kasihan deh!), (2) karena kelupaan membawa dompet, dan (3) karena di dompetnya hanya ada uang ratusan ribu…

Yesus ditanyai soal pembayaran pajak Bait Allah. Pertanyaan tidak disodorkan langsung, tetapi melalui Petrus, dan tampaknya tidak dimaksudkan untuk menjebak Yesus seperti dibuat para ahli Taurat (sewaktu tanya soal membayar pajak kepada kaisar). Petugas hanya butuh jawaban apakah Yesus membayar atau punya pengecualian untuk tidak membayar. Petrus menjawab bahwa Yesus membayar.

Yesus sendiri menjelaskan bahwa sebenarnya ia punya privilese untuk tak membayar pajak sebagaimana pemerintah dunia menarik pajak kepada orang asing, bukan kepada rakyatnya (atau pajak orang asing lebih tinggi daripada pajak orang pribumi). Akan tetapi, supaya tidak menjadi skandal bagi orang banyak, Yesus membayar iuran juga. Bagaimana caranya Yesus membayar iuran supaya tak menimbulkan skandal?

Pertama, secara figuratif ia sudah mengantisipasinya: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan. Itu bayarannya sebagai manusia biasa seperti manusia lain: dikhianati dan akhirnya dibunuh. Ia tidak mempertahankan privilese sebagai Mesias nan ilahi yang punya kekuatan penuh untuk mengalahkan segala kekuatan manusia (bdk. Flp 2,6: yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan).

Kedua, ia membuat mukjizat dengan meminta Petrus mengambil koin dari ikan pertama tangkapannya. Ini mengandaikan bahwa Yesus memang tidak memiliki uang saku pribadi dan ia pun tidak meminta Yudas untuk mengambil uang komunitas, dana kampanye, APBD atau apapun istilahnya. Dalam situasi kemiskinan khususnya ini ia membuat mukjizat (dan dengan demikian menegaskan kekuatan ilahinya, bdk. Mzm 8) tetapi mukjizat pun mengandaikan kerja keras Petrus. Sama seperti mukjizat penggandaan roti mengandaikan kontribusi para murid seberapapun kecilnya.

Yesus tidak memanfaatkan privilese begitu saja untuk kepentingan kelompok, apalagi pribadi, melainkan demi kebaikan universal. Jangan-jangan pengikutnya malah mengejar privilese itu!


SENIN BIASA XIX
Peringatan Wajib St. Klara
11 Agustus 2014

Yeh 1,2-5.24-28; 2,1
Mat 17,22-27

1 reply