Ada dua reaksi terhadap bacaan Injil hari ini mengenai para rasul yang rupanya menginginkan privilese dalam Kerajaan yang diwartakan Yesus. Pertama, mereka itu pancen bener-bener belum ngerti soal kerajaan yang sejak awal disampaikan Yesus. Kedua, tahap perkembangan iman memang tidak bergerak linear (tambah banyak umur tidak otomatis tambah beriman).
Wacana mengenai Kerajaan tak mudah dipahami bahkan oleh orang terdekat Yesus. Untuk orang sekarang, jauh lebih susah karena sudah ada filternya: kacamata agama atau doktrin tertentu. Yesus sendiri tidak mengajarkan agama baru! Yesus mengajak orang-orang di sekelilingnya untuk melihat sesuatu di balik agama, sesuatu yang jauh lebih dalam daripada seperangkat ajaran, tradisi, hukum: suatu inner life, kehidupan batin yang menjadi medium hubungan manusia dengan Sang Pencipta, bagaimanapun itu mau diistilahkan.
Cinta lelaki yang kasmaran menggerakkan dia untuk menyisihkan uang belikan bunga atau traktir makan perempuan yang dijatuhi cintanya. Tak bisa dikatakan bahwa perempuan itu memaksanya untuk traktir makan. Tindakan itu muncul dari dalam meskipun perempuan itu jadi alasan juga. Orang lain mungkin bisa disuruh untuk traktir perempuan yang sama dan memberinya bunga, tetapi tindakan orang kedua ini tidak berasal dari dalam, dari inner life-nya yang dikuasai cinta, apapun dimensinya.
*****
Bacaan pertama menunjukkan vision Tuhan meminta Yehezkiel untuk ‘memakan gulungan kitab’ yang tak lain adalah undangan supaya perintah Allah itu didengar dan dicerna menjadi bagian inner life Yehezkiel. “Hidup dari dalam” ini membuat orang tidak mentah-mentah memahami Kerajaan seperti perangkat pemerintahan duniawi dan berpikir dengan modal mentang-mentang. Tidak otomatis murid pertama Yesus njuk berarti paling baik; pemegang kas komunitas tak berarti punya iman unggul; jubir juga tak berarti orang paling beriman kepada Yesus Kristus.
Tak mengherankan, orang beragama tak otomatis punya iman sebagaimana anak kecil memiliki kemurnian dalam menaruh kepercayaannya kepada yang transenden. Ini soal (from head to) heart.
Semoga rahmat kerendahan hati memampukan aku untuk belajar beriman dari anak-anak. Amin.
SELASA BIASA XIX
12 Agustus 2014
Yeh 2,8-10;3,1-4
Mat 18,1-5.10.12-14
Categories: Daily Reflection