1. Persiapan Doa (5-15 menit)
Memilih (baca semua secara sepintas lalu memilih salah satu yang dianggap menyentuh hati), menyiapkan bahan doa:
– Mzm 77 (Ratapan dan penghiburan di waktu stress)
– Kel 32,1-14 (Patung lembu emas)
– Mrk 10,17-31 (Pemuda kaya)
– Luk 12,13-21 (Kepercayaan kepada Tuhan dan bukan pada kepemilikan)
Mencari tempat doa yang kondusif, menonaktifkan apa saja yang bisa mendistraksi kegiatan doa.
Mengambil posisi yang paling kondusif untuk berdoa (duduk tegak, bersila, telungkup… tapi mungkin posisi ini nantinya membantu orang untuk tidur)
Doa persiapan:
Tuhan Yesus, aku mohon rahmat untuk memahami baik-baik sifat dan peran kekeringan rohani dalam hidupku dan melihat bahwa kesedihan rohani itu bukan hanya sekadar “bad feelings”, melainkan merupakan sebuah pengalamanku sendiri akan situasi yang tak benar, lebay, tak bebas dan lekat tak teratur yang pelan-pelan menjauhkan diriku dari Allah yang penuh kasih.
2. Doanya sendiri (20-60 menit)
- Desolasi menjauhkan kita dari Tuhan dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Ini pada gilirannya menuntun kita pada egosentrisme, tertutup dan tak menaruh perhatian mengenai Allah dan sesama…Maka, misalnya, kita mungkin merasakan kegelapan batin dan ketidaknyamanan di sana-sini yang membuat kita depresi; hidup tahu-tahu kehilangan maknanya; Allah dan sesama kelihatannya tak punya peran apa-apa; rasa gagal, bersalah, kebencian diri yang melumpuhkan ini bisa mengancam kita masuk dalam spiral pengabaian diri sendiri, orang lain, dan Tuhan; atau kita bisa juga mengalami keadaan atau gerakan perasaan lain yang tampak melemahkan kapasitas iman, harapan dan cinta yang menuntun kita pada bentuk-bentuk perilaku yang destruktif, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain (D. Lonsdale).
- Kelekatan pemuda kaya pada kepemilikan materi (Mrk 10,17 dst); ketamakan orang kaya yang bodoh (Luk 12,13 dst); kehausan akan kuasa si Herodes (Mrk 6,17 dst); pengalaman nglokro Nabi Elia (1Raj 19,4 dst); roh licik Izebel (1Raj 21,1 dst); niat jahat pengkhianatan Yudas Iskariot (Yoh 13,21 dst) adalah contoh kesepian rohani dalam Kitab Suci.
Lihatlah hidup imanku, manakah pengalaman yang paling sulit dan laksana penuh cobaan? Mengapa pengalaman itu kusebut paling sulit? - Bagaimana pengalaman-pengalaman sulit dan penuh cobaan itu memurnikan aku dan membuatku rendah hati?
- Di balik setiap pengalaman desolasi adalah suatu kelekatan (atau jaringan beberapa kelekatan). Seringkali, saat desolasi, kita merasa sedih, stress, cemas, takut, marah, iri hati, down karena kita belum belajar sungguh-sungguh untuk menjadi lepas bebas terhadap kelekatan-kelekatan kita itu. Sebaliknya, kita malah menjadikan objek kelekatan itu sebagai yang utama, bahkan sedemikian mutlak dalam hidup kita sehingga malah menggantikan posisi Allah dan relasi kita dengan-Nya.
Sekarang ini, apakah kelekatanku yang terkuat atau terbesar? Dalam bahasa Kitab Keluaran 32,1-14, “idol-idol” apa yang sudah kuciptakan sendiri? Bagaimana kelekatan kuat dan “idol-idol” tadi terkait dengan pengalaman desolasiku yang terberat? - Satu tanda pasti hasil kesepian rohani ialah bahwa cara kita melihat dunia itu terdistorsi dan salah satu cara desolasi mendistorsi cara pandang itu ialah melalui cara yang lebay. Contoh cara pandang lebay: takut yang berlebihan, kemarahan yang dibesar-besarkan, rasa salah yang terus ditekankan; ketertarikan terhadap nilai dan barang duniawi yang begitu lebay; semangat atau usaha yang ngoyoworo, perhatian yang kelewatan; dan sebagainya.
Saat ini, apakah ada ke’lebay’an dalam hidupku? Refleksikan dan klarifikasilah.
Melakukan wawancara batin
Mengimajinasikan Kristus yang bergantung di salib atau Bunda Maria dan menyampaikan hal-hal tadi dan mendialogkannya: pengalaman kekeringan batin, kelekatan terbesar dan bagaimana sifat lebay bisa mendistorsi pandangan.
Mohon berkat Allah dan akhiri dengan rasa syukur yang tulus atas sentuhan Allah dan rahmat penghiburan, dengan doa Bapa Kami atau Jiwa Kristus atau Salam Maria.
3. Refleksi (5-15 menit)
Mencatat poin-poin penting dalam proses doa:
(1) perasaan-perasaan sebelum doa, pada saat doa, dan setelah selesai doa
(2) insight yang diperoleh dari doa tadi (baik yang bersifat informatif intelektual maupun spiritual)
(3) niat atau dorongan-dorongan yang muncul setelah doa.
Categories: Spiritual Exercises