Misa Kok Tegang

Ada kalanya ketika imam yang memimpin perayaan Ekaristi jadi tegang: karena belum siap dengan kotbahnya. Lektor yang membaca Kitab Suci merasa nervous: baru pertama kali berdiri di hadapan publik yang begitu besar jumlahnya. Misdinar bisa jadi takut karena romo yang memimpin misa itu terkenal galak dan mudah marah. Ini adalah contoh ironi kecil dalam ritual Gereja Katolik yang juga bisa terjadi di tempat lain.

Teks Injil hari ini mengisahkan bagaimana Yesus menyambut para murid yang pulang dari tugas perutusannya. Apa ajakan pertama Yesus ketika mereka kembali dan menceritakan bagaimana mereka menjalankan tugasnya? Ayo pergi istirahat ke tempat sunyi! Pengandaiannya, mereka memang bekerja dan butuh istirahat. Ini bukan istirahat sebagai gaya hidup: belum kerja sudah punya style pensiunan.

Menariknya, istirahat yang disodorkan Yesus adalah pergi ke tempat sunyi. Kita tak tahu apa yang dilakukan Guru dari Nazareth itu dengan para muridnya di tempat sunyi. Akan tetapi, pokoknya para murid menarik diri dari kerumunan orang banyak untuk sejenak tinggal bersama Yesus. Berhasilkah mereka? Kalau melihat kisahnya, tampaknya tak berhasil, wong orang-orang banyak tahu ke mana mereka akan bertolak dan lewat jalan darat malah orang banyak itu lebih dulu sampai di tempat tujuan Yesus dan murid-muridnya! Jadi, mereka gak bisa beristirahatkah?

Nanti dulu. Bisa jadi perjalanan mereka itu juga sudah memenuhi syarat istirahat yang disodorkan Yesus: menarik diri dari kerumunan orang banyak, sendirian (sebagai kelompok) bersama Yesus! That’s it! Poinnya adalah pergi ke tempat sunyi dan berada bersama Yesus. Tempat sunyi jadi relatif terhadap kebersamaan dengan Yesus. Yang penting adalah para murid benar-benar bisa tinggal bersama Yesus. Pada saat itulah (seharusnya) murid-murid Yesus bisa beristirahat (jika ditempatkan peristiwa Yesus meredakan angin ribut di sini, barangkali cuma Yesus yang bisa beristirahat). Bukankah bersamanya mereka merasa safe? Bukankah kuk yang dibebankannya begitu ringan?

Sekarang ini kesendirian sebagai kelompok bisa diupayakan salah satunya dengan perayaan Ekaristi. Ironisnya, Ekaristi tidak membuat umat beriman beristirahat bersama Tuhan karena macam-macam: sibuk dengan rubrik, cemas dengan performance, takut membosankan umat, takut bla bla bla… Orang tidak lagi pikir soal kehadiran Kristus dalam hatinya, melainkan soal-soal lainnya yang lebih teknis atau malah ideologis. Akhirnya, orang bisa jatuh ke ekstrem yang satu (kaku, tegang) tetapi juga ekstrem yang lain (pelecehan yang sakral; fisik di sini mental di sana).

Tuhan, berilah aku kemampuan untuk fokus pada hidup di hadirat-Mu, buatlah aku mampu berdoa, semakin mengenal-Mu juga dalam Ekaristi. Amin.


HARI MINGGU BIASA XVI B/1
19 Juli 2015

Yer 23,1-6
Ef 2,13-18
Mrk 6,30-34

Hari Minggu Biasa XVI A