Masih ingat nama Eddy Silitonga yang menyanyikan lagu karangan Titiek Puspa? Nama-nama jadul ya, tetapi lagu jadulnya yang berjudul “Jatuh Cinta” sempat direlease oleh Project Pop dan bisa dinikmati tanpa kesan jadul pada Youtube. Bukan tugas Project Pop atau Youtube untuk menghubungkan lagu Titiek Puspa itu dengan bacaan teks Injil hari ini. Bukan tugas saya juga sih, melainkan tugas masing-masing umat beriman untuk menghubungkannya. Lha apa hubungannya je jatuh cinta dan hidup beriman? Sepertinya sih sudah pernah saya ulas pada posting “Gunanya Jatuh Cinta“.
Mari lihat permintaan para rasul supaya Yesus menambahkan/menambahi iman mereka. Di balik permintaan itu ada gagasan bahwa iman bisa bertambah, bisa juga berkurang. Betulkah begitu? Saya kira itu lebih tepat daripada gagasan yang menarik garis keras antara beriman dan tak beriman. Ini bisa dimengerti bagaimana orang yang mengalami jatuh cinta. Ia melibatkan dirinya, menceburkan dirinya dalam relasi dengan orang yang dijatuhi cintanya itu. Bagaimana intensitas keterlibatannya kan bisa fluktuatif. Silakan dengarkan lagu pada Youtube tadi, tak perlu dijelaskan di sini.
Keterlibatan yang fluktuatif itu bahkan tetap terjadi jika dua orang yang jatuh cinta melanjutkan pembelajaran cintanya dalam perkawinan. Tahun-tahun pertama begitu menggebu-gebu, setelah masuk rutinitas monoton dan melelahkan barangkali keterlibatannya tak sedemikian intensif. Muncul konflik. Pengampunan dan pertobatan memungkinkan keterlibatan itu kembali intensif. Begitu seterusnya, bisa jadi berulang-ulang. Pokoknya, tak bisa dinilai hitam-putih begitu saja bahwa orang cinta atau tidak lagi cinta. Cintanya berdinamika, dan begitu juga halnya, iman berdinamika. Tak mengherankan bahwa para rasul mohon supaya iman mereka ditambahkan. Apa jawaban Yesus? Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu. (Luk 17,6 ITB) Maksudnya?
Kalau menilik kalimatnya sendiri, jelas maksudnya dengan sedikit iman saja hal yang dianggap tak mungkin itu (mosok nyuruh pohon pindah ke laut!) akan mungkin terjadi. Akan tetapi, karena ini soal iman, kata kuncinya adalah keterlibatan tadi. Artinya, kemungkinan hal yang tak mungkin itu bergantung pada keterlibatan orang beriman sendiri.
Dalam film Kingdom of Heaven, Balian ditanya ayahnya: mungkinkah terjadi suatu Kerajaan Surga, kerajaan hati nurani, setelah perang salib usai, hidup damai orang-orang Muslim dan Kristiani di Tanah Suci dan sekitarnya. Ayahnya meyakini hal itu mungkin. Balian menggelengkan kepalanya. Akan tetapi, di akhir film ditunjukkan bahwa Balian sendiri mewujudkan kemungkinan itu. Alih-alih ngotot menguasai kota Yerusalem, ia membiarkan Salahuddin al-Ayyubi mengambil alih kekuasaan di Yerusalem dan Balian kembali ke tempatnya semula. Itulah Kerajaan Surga, kerajaan hati nurani, yang membiarkan orang tak melekat pada kemuliaan duniawi.
Siapa yang merealisasikan itu? Balian sendiri dengan kepercayaannya akan kemungkinan Kerajaan Surga itu, dengan keterlibatannya! Iman sebesar biji sesawi, itulah yang dibutuhkan. Apakah itu bisa ditambahkan? Bisa, tetapi bukan oleh orang lain, melainkan oleh orang yang bersangkutan sendiri. Maka dari itu, Yesus pun tidak memenuhi permintaan para rasulnya, karena ia tidak bisa menambahkan iman orang lain (lha wong iman itu tanggapan pribadi orang kok!).
Tuhan, semoga kami semakin mau melibatkan diri untuk realisasi Kerajaan-Mu dalam hidup kami. Amin.
MINGGU BIASA XXVII C/2
2 Oktober 2016
Hab 1,2-3; 2,2-4
2Tim 1,6-8.13-14
Luk 17,5-10
Categories: Daily Reflection